Galau
menyesakkan dada. Menyempitkan pandangan. Menyumbat ide-ide kreatif. Bahkan
membikin kondisi batin semakin membeku. Galau tak jarang menarik kegalauan yang
lain. Intinya, tak ada bahagianya dengan galau. Demikianlah, kondisinya
kegalauan terpantik dari hawa nafsu. Karena kegalauan hawa nafsu muncul manakala
orang tak bisa menyerap dan mencicipi kesenangan yang bersifat duniawi.
Bagi
Anda yang sering terperangkap dalam kegalauan. Anda tak akan pernah
menghentikan kegalauan Anda. Apalagi jika Anda selalu berjumpa dan satu ruang
dengan orang yang sama-sama galau. Sontak saja, ruang akan menjadi neraka bagi
Anda. Boleh jadi, Anda tak akan pernah bisa menguras kegalauan yang mengeruhkan
batin Anda oleh kucuran kegalauan mereka. Ketika energi negatif berjumpa dengan
energi negatif lainnya, maka akan membakar menjadi energi yang lebih besar.
Adakah orang bisa menyerap kebahagiaan di ruang berenergi negatif? Tak ada.
Jika
Anda tengah dipatok api kegalauan, carilah kekuatan air yang mendinginkan,
menyejukkan, dan mendamaikan jiwa. Teman yang selalu membawa Anda mengenali
Allah SWT. Kawan yang akan memandu Anda untuk memahami hidup ini sangatlah
indah. Kawan yang memancarkan energi positif padamu, sehingga perlahan-lahan “kotoran”
kegalauan yang memenuhi ruang batin Anda bisa dilap. Yakni, kawan yang hatinya
dipenuhi cinta pada Allah dan Sayyidina Muhammad. Dia akan mempertegas akan
adanya jalan keluar dalam setiap masalah. Bahkan, masalah adalah batu loncatan
Anda untuk meninggi dan mencapai puncak kemuliaan. Memang, orang yang hendak
dimuliakan akan selalu diberi tantangan untuk bertumbuh.
Tak
jarang “penantang” seperti pendengki, penghasut, pemfitnah tidak mengalami
pertumbuhan yang berarti dalam hidupnya, tapi orang yang dihasut, difitnah, dan
didengki justru berkembang super cepat menggapai tujuan yang indah. Karena itu,
jika juara dan kemenangan sudah ada di tangan, orang seperti ini tak hanya
berterima kasih pada orang yang mendukung dan meng-endorse kehidupannya, bahkan
orang yang berperan menjadi tantangan juga tak luput mendapatkan ucapan terima
kasih darinya. Dia sadar, dia tak akan disebut mendapatkan kemenangan pribadi
tanpa ditantang oleh orang-orang yang juga hebat. Hebat dalam keburukan. Dan
kalau orang menang tanpa upaya yang hebat, justru kemenangan kurang
mengendapkan kepuasan batin yang berkesan di hatinya.
Kini,
jika Anda ingin menumpahkan kegalauan Anda. Tumpahkanlah pada orang-orang yang
hatinya lapang. Kalau Anda meluapkan kegalauanmu pada mereka, selain Anda bisa
dengan tenang mengalirkan semua perasaan negatifmu. Dia sendiri akan mengolah
“sampah” keluhanmu menjadi mutiara hikmah yang sangat mahal, dan Anda pun ikut
tersenyum. Wah ternyata bahan-bahan burukku sudah menjadi mutiara! Seperti
orang menyerahkan benang kusut dan terjalin tanpa beraturan, lalu sang penenun
mengurai benang tersebut, dan ditenun dengan sangat indah. Betapa bahagia orang
yang menyerahkan benang kusut itu.
Begitu
juga, bilamana Anda menyerahkan “kusutnya” masalah yang membelenggu hidup Anda,
orang itu menawarkan solusi yang mencerahkan jiwa. Pikiranmu yang kusut kembali
menjadi indah. Hatimu yang gelap diterangi oleh cahaya kearifannya. Dan
kegalauanmu akan bermetamerfosa menjadi rasa syukur yang mendalam. Saat itu,
tak hanya masalah Anda yang didaur-ulang menjadi mutiara hikmah yang berharga.
Anda pun yang berjiwa hina—karena suka mengeluh—akan didaur menjadi jiwa yang
berlimpah kemuliaan. Ikut menyerap nikmatnya syukur.
Anda
bisa belajar bersyukur pada orang ahli syukur. Anda bisa tahu kualitas syukur,
ketika dia masih bisa tersenyum dalam pelbagai musibah dan menghantamnya. Juga
merubah Anda yang datang kepadanya dalam keadaan kalut dan kesedihan mendalam,
lantas Anda pulang dengan senyum bahagia. Padahal Anda sadar, sejatinya
masalahmu belum selesai. Tetapi awan kegalauan yang melumuri langit
kehidupanmu, kini hilang. Dan langit itu kembali pada kemurniannya yang cerah
bercahaya.
Adalah
orang yang selalu menebar senyum pada sesama. Seakan dia hendak menebar
kebahagiaan merata pada setiap orang yang ditemui. Tak ada kekalutan yang
meluapinya. Makanya, orang selalu berpikir dia tanpa masalah. Padahal, boleh
jadi beban hidupnya lebih berat ketimbang orang lain. Tapi, dia memilih masalah
disimpan sendiri dalam kamar rahasia dirinya bersama Allah, dan menyerahkan
urusannya pada Allah. Dia selalu melihat setiap realitas yang berkunjung
sebagai wujud kehadiran-Nya saja. Apakah Anda melihat keburukan dari Yang Maha
Indah? Apakah Anda melihat yang cecat dari Yang Maha Suci? Adakah Anda meraba
suatu yang hina dan menistakan dari Yang Maha Mulia? Terasa semuanya sebagai
hamparan nikmat yang sangat indah.
Khalili
Anwar, Penutur dari Jalan Cahaya