Sabtu, 31 Januari 2009

PENGARUH YANG ABADI, DAN PENGARUH YANG SEMU

Saya diajak oleh teman untuk menghadiri acara zikir bersama di Pondok Pesantren al-Fitrah yang diasuh oleh Gus Asrori bin Usman. Gus Rori, demikian beliau biasa dipanggil, adalah pimpinan tarekat Qadiriyah. Saya sampai di sana agak telat, dan terasa acara sudah hampir berakhir. Saya melihat beribu-ribu orang menjubeli tempat di lapangan tersebut, tetapi saat pidato seorang Presiden disampaikan, ternyata banyak orang mulai bubar, ngacir, dan ada yang pulang ke rumah masing-masing. Ya, saat itu Presiden Susilo Bambang Yudoyono hadir untuk me-launching bantuan untuk Madrasah seluruh Indonesia. Ini pertama kali saya menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Pesantren al-Fitrah. Hanya saja menurut teman saya, bahwa masih ada acara yang lebih akbar dari itu. Kemudian saya bertanya, “apa kiranya magnit yang membuat orang mau berdesak-desakan di tempat tersebut, apakah karena SBY sang Presiden, atau Gus Rori sang pemimpin Tarekat itu?” “Tentu magnit yang paling besar, adalah karena Gus Rori,”kata teman.
Dari pernyataan tersebut, membuat saya berpikir bahwa sesungguhnya pemimpin agama insya Allah lebih mulia kedudukan di hati setiap umat, sederajat dengan kemuliaan di hadapan Allah SWT. Pemimpin spiritual akan menjadi abadi di hati umat, sementara pemimpin duniawi hanya sementara. Setelah jabatan dicobot darinya, maka kewibawaan itu pun bakal lenyap. Tengoklah Megawati Soekarnoputri? Gus Dur? Tentu saja tidak bakal menjadi kekal di hati umat. Itu menandakan bahwa pengaruh duniawi itu bersifat sementara dan semu. Hanya menjadi bayangan. Bagaimana mungkin orang bisa menangkap bayangan, sementara bayangan terus berpindah, dan timbul tenggelam. Tetapi, betapa banyak orang yang mengejar-ngejar bayangan yang palsu tersebut untuk merengkuh tahta kekuasaan yang perkasa, tetapi pada hakikatnya rapuh. Seorang penguasa duniawi dihormati karena kekuasaannya. Saat kekuasaannya sudah diletakkan maka orang tidak lagi memberikan penghormatan. Apapun bentuknya yang bersifat duniawi itu bersifat sementara. Artis yang tengah ngetop dan mekar-mekarnya, pasti dipuji oleh banyak fans-nya. Tetapi ketika pamornya sudah mulai memudar, maka pudar pula pujaan dari fans-nya. Bahkan fans-nya tidak mengenali dia lagi, dan pindah pada artis yang lebih kreatif meletupkan sensasi. Tak aneh, kalau ada seorang artis di saat mudanya, disibukkan dengan jadwal konser sana-sini, saat usia tua menghampirinya, dia menjadi pengangguran, dan hanya melihat masa lalu sebagai kenangan.
Tentu berbeda halnya dengan pemimpin spiritual, makin sepuh bukan ditinggalkan, tetapi makin mendapatkan penghormatan yang lebih dari umat. Hati umat telah menyatu dengan hatinya, sehingga rasa kasih sayangnya yang mengalir pada umat tergetar pula di hati umat. Setiap apa yang datang dari hati, akan kembali pula ke dalam hati. Ulama’ pada hakikatnya predikat yang amat mulia disisi Allah, dan tentu akan dimuliakan oleh kehidupan. Karena apa-apa yang dicintai dan dimuliakan oleh Allah, penduduk langit akan turut memuliakan dan pastinya akan mengilhami penduduk bumi untuk mencintainya pula. Ketika orang sudah kuat cintanya kepada Allah, dan cintanya pada Allah sudah diakui kesahihannya oleh Allah, tentu saja dia akan mendapatkan pancaran cinta dari umat. Ingatlah, cinta yang keluar dari hati terdalam tidak bakal pupus, bahkan hari demi hari bertambah kuat dan kukuh. Dan setelah diteliti orang yang mencinta Allah, justru akan menarik orang untuk mencintainya karena Allah. Benarlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw, “Berlaku zuhudlah pada duniawi, niscaya Allah akan mencintaimu, dan berlaku zuhud pada apa yang ada di tangan manusia, niscaya manusia akan mencintamu.” Sosok yang telah mendapatkan cinta dari umat, adalah tidak mencintai sesuatu yang telah dicintai oleh kebanyakan orang awam, yakni duniawi. Tetapi nyatanya, walau dia tidak mencintai duniawi, dia telah mendapatkan kepuasan hidup, dan bahkan terasa tidak kekurangan dengan materi dunia. Sudah menjadi hukum Allah, orang yang mencintai Allah, tentu akan mendapatkan surga di akhirat, dan merengkuh kebahagiaan hidup di dunia.
Bagaimana dengan orang yang menyukai kedudukan duniawi? Betapa banyak orang menjegal orang lain untuk mendapatkan kedudukan tersebut. Ketika ada 39 partai, maka keunggulan sebuah partai karena telah berhasil menjegal dan mengalahkan 38 partai yang lain. Ketika ada 4 calon presiden, maka untuk memenangkan kontes pilihan presidan, dia harus mengalahkan 3 calon presiden yang lain. Apakah ada zuhud di dalamnya? Pikir saja sendiri. Mungkin karena tidak ada zuhud itulah membuat kedudukan duniawi kadang tidak memberikan keberkahan hidup bagi seseorang.


Khalili Anwar, Penutur dari Jalan Hati

2 komentar:

  1. Wah saya kira lawan kata abadi itu fana, dan semu itu hakiki.
    Tentang contoh-contoh yang mencantumkan nama, sebaiknya untuk yang baik gunakan nama orang yang sudah wafat dan dikenal khusnul khotimah. Sedangkan untuk yang lain beri contoh peristiwanya saja tanpa menyebut nama.
    Siapa tahu Allah sembunyikan kebaikan seseorang dibalik keburukannya. Atau keburukanlah yang membuat seseorang kemudian menjadi baik, dan sebaliknya.

    Wallahu a'lam.

    BalasHapus
  2. M. SAID - CALEG DPR RI - PARTAI PMB
    www.pmbgresik.tk


    5 HAL YANG INGIN SAYA PERJUANGKAN
    BILA MEMANG SAYA BENAR-BENAR DIPERCAYA MENJADI ANGGOTA DPR RI.

    1. Sistem penyelenggaraan / pengelolaan ibadah haji yang mengedepankan aspek pelayanan dan ibadah, bukan berorientasi pada bisnis ansich.
    2. Profesionalitas dunia pendidikan yang lebih mengedepankan penguasaan IT yang lebih mengedepankan aspek norma Agama dan Pancasila yang ber-etika dan ber-budi pekerti.
    3. Orientasi pendidikan rakyat yang terjangkau kemampuan masyarakat. Untuk itu semua pajak yang berkenaan dengan buku pelajaran harus dihapus, sisitem uang gedung dan daftar ulang harus dikaji kembali serta sistem gonta ganti buku pelajaran setiap ganti tahun harus dirubah.
    4. Ekonomi kerakyatan harus dikembalikan dengan lebih menekankan pada pengusaha kecil, industri kecil dan petani/nelayan. Untuk itu kredit perbankan harus diarahkan pada sektor industri kecil sebagai jantung perekonomian Indonesia.
    5. Sektor industri ketenagakerjaan harus mempekerjakan tenaga kerja pemuda-pemudi yang ada di sekitar lokasi industri. Serta pemberian kesempatan kerja bagi lulusan-lulusan baru untuk job magang training sebagai pelatihan kerja (Bukan sistem outsourching)

    BalasHapus