Rabu, 26 Desember 2012

JAHIL

Jahil alias bodoh bukan terkait jupednya pikiran atau mandulnya intelektual, sehingga di otaknya tak berbekas ilmu sedikit pun. Kejahilan orang tidak diukur oleh kecerdasan intelektual yang didemonstrasikan, tetapi berkait dengan kecerdasan spiritual (akhlak). Tak sedikit orang terdahulu, disebut manusia terpandang di tataran ilmu sastra, tetapi disebut orang jahil, seperti Abu Jahal yang ditahbis sebagai bapaknya orang bodoh. Nama aslinya Abu Jahal sendiri adalah Abul Hakam (Bapak orang bijak). Tetapi mengapa dia disemati gelar sebagai bapaknya orang bodoh. Karena, hati dan pikirannya terhijab untuk mengenal Allah SWT.

Kalau begitu, ukuran kecerdasan seorang bukan encernya otak mencerap berbagai ilmu yang dibabarkan di hadapannya, tetapi berkait dengan pengenalannya pada Allah. Dan mengenal Allah juga tidak berkait dengan sebagai “knowledge” (ilmu) tetapi berkait dengan awareness (kesadaran) yang guru saya lebih memilih sebagai consciousnesss (kesadaran). 

Walau seorang menguasai segudang pengetahuan duniawi, tetapi membuatnya semakin terhijab dan jauh dari Allah, sejatinya dia orang yang bodoh. Walau dia sendiri dianugerahi ilmu yang sedikit, sederhana, dan terbatas, akan tetapi meyakini akan penyaksian Allah atas setiap gerak-geriknya, baik yang terang atau yang samar, maka sejatinya dia orang yang alim.


Kealiman seorang bukan diukur oleh banyak ilmu dan riwayat yang terhimpun di otaknya, tetapi seberapa banyak cahanya yang menerangi hatinya. Dan masuknya cahaya ilmu ke dalam hati manusia terpantul oleh perasaan takutnya pada Allah (Adakah rasa takut dalam hatimu pada-Nya). Kalau Anda benar-benar takut pada Allah, maka tidak pernah terlintas dalam batinmu berbuat maksiat, apalagi melakukan kemaksiatan. Karena rasa takut akan mendorong orang selalu berhati-hati, takut bilamana ada sekian perbuatannya yang tak berkenan di hadapan Allah.
 
Tak jarang kita menemukan orang yang dianggap mengetahui beragam ilmu agama, tetapi sering menekuk-nekuk agama sesuai seleranya melalui pelbagai pembenaran yang dilontarkan. Bagi orang seperti ini, alih-alih agama menerangi jiwanya, malah semakin mempergelap batinnya. Alih-alih bisa membuatnya semakin dekat pada Allah, malah semakin jauh dan terlempar dari kedekatan pada-Nya. Ilmu yang membuat orang semakin jauh dari Allah, bukan ilm yang menaikkan derajat, tapi menjadi penganjlok derajat manusia di sisi Allah. 

Dan siapa yang takut pada Allah—sebagai cermin pengenalan pada-Nya—akan layak mendapatkan hikmah. Dan siapa yang memeroleh hikmah, berarti telah mendapatkan yang banyak…
 
Lalu bagaimana dengan orang yang jahil, orang jahil yang sesungguhnya adalah figure yang menutup diri dari kebenaran yang terbabar di hadapannya.
 
Khalili Anwar, Penutur dari Jalan Cahaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar