Jumat, 31 Juli 2009

BUNGA KEDAMAIAN TERTUNDUK LAYU

Hati bangsa bergetar kala mendengar ada ledakan bom yang berakibat tewasanya beberapa WNA dan WNI pada tanggal 17 Juli 2009. Jiwa kamanusiaan bangsa tergugah kembali, diminta hati-hati terhadap serangan tiba-tiba yang memporak-poranda bangsa di berbagai sudut. Rasa takut menyebar ke seluruh sisi negeri ini, dan WNA pun harus berpikir berkali-kali untuk memasuki negeri ini. JW Marriott dan Ritz-Cariton saksi tercecernya darah kemanusiaan, dan menggugat keamanan wilayah ini. Kedamaian menjadi kebutuhan dasar bagi setiap orang. Tanpa rasa aman, maka tersebar virus rasa takut yang luar biasa di hati setiap warga, dan merasa kematian bisa menjemput kapan saja dan dimana saja dengan kondisi keamanan yang amat lemah. Jiwa-jiwa benderang digugah turun ke jalan mendeklarasikan kembali keamanan negeri ini, dan melebarkan perasaan cinta. Mengetuk hati-hati yang gelap lantaran tersumbat kebencian tak beradab. Apakah sayap-sayap cinta sudah lumpuh di negeri ini, atau memang ada orang yang ingin menancapkan realitas baru, negeri ini telah kehilangan rasa cinta?

Suasana sejuk dan damai tengah dibutuhkan negeri ini, diharapkan siapapun merasakan kesejukan setelah berkunjung ke negeri yang terbentuk dalam keanekaragaman ini. Segenap pemimpin bersinergi membingkai Indonesia yang melahirkan warna sejuk di hati rakyat. Tak ada lagi kekerasan agama meletup, tak ada lagi bom meledak, tak ada lagi baku hantam antarsuku, kita mengupayakan kejernihan yang menerbangkan setiap jiwa menuju medan universal, tak tercabik-cabik oleh perbedaan yang amat dangkal. Pasalnya, kalau kita mengerti jiwa yang universal ini, sungguh lebih banyak kesamaan daripada perbedaan yang melekat pada seluruh manusia. Lalu mengapa permusuhan dan dendam sejarah harus terus diabadikan? Sudah saatnya akal sehat perlu kembali dioptimalkan, sehingga tak ada pembenaran atas kekerasan di negeri ini.

Negeri pencinta ini tak perlu menuduh siapa terkait kejadian yang menggetarkan itu, namun perlu menjadi bahan koreksi mendalam atas apa yang dilakukan pemimpin kita. Apakah karena keamanan negera yang lemah, sehingga dengan gampangnya teroris memberangus wajah kemanusiaan Indonesia. Atau karena deposito cinta negeri ini telah terkuras habis, dan yang tersisa hanya permusuhan yang tak pernah berakhir? Seluruh warga dan pemimpin ini pasti mendambakan kedamaian dan kesejukan. Tak perlu kita jadi ladang empuk bagi kekerasan, karena semua warga kita mencintai kelembutan dan keramahan. Teroris membuat wajah negeri ini menjadi angker, beringas, dan seakan monster yang gampang menumpahkan darah kemana-mana. Padahal, cinta itu terus tumbuh dan bersemai di negeri ini, dan hanya sosok-sosok tak beradab yang keluar dari ideologi keindonesiaan yang damai.

Perlu kembali digaungkan ke seluruh warga dunia, Indonesia adalah negeri damai, negerinya para pencinta yang berusaha memberikan yang terbaik bagi kehidupan. Indonesia tak berwajah beringas, tetapi begitu ramah dengan siapapun, terbukti Indonesia meraih gelar negeri murah senyum menurut survey smiling report 2009. Senyum adalah jelmaan keindahan dan kesejukan. Boleh orang merusak bangunan indah, tetapi tak bisa merusak keindahan yang tengah mekar di hati bangsa ini. Mungkin mereka berhasil mengebom dan meledakkan tempat penjualan, restoran, dan hotel tetapi mustahil menjarah kedamaian yang menempati lubuk hati setiap personal bangsa ini. Kesantunan dan keramahan Indonesia tercermin dari kesanturnan pemimpin bangsa yang selalu mengedepankan sikap terbaik dalam menyelesaikan masalah.

Terorisme memang menjarah terlalu banyak bunga keindahan yang bermekaran, yang membikin warga dunia tak tertarik pada negeri yang multi-kultural ini. Negeri ini dikitari belantara alam yang begitu indah, dan keindahan alam ini harusnya menginspirasi negeri menjadi indah secara batiniah. Keindahan alam tanpa ditopang keindahan batiniah bangsanya, niscaya hanya nampak wajah hipokrit yang hanya mencoreng-moreng negeri ini. Keindahan utuh senantiasa dinanti warga dunia. keindahan Indonesia tak hanya sebatas permukaan, tetapi di dalamnya juga indah. Pemimpin pun tidak hanya permukaanny terlihat indah, tetapi sikap batinnya juga harusnya terlihat indah. Bila keindahan holistik dan hakiki itu telah bersemai di hati pemimpin, maka akan memancarkan keindahan ke seluruh atmosfir kehidupan masyarakat. Keindahan di hati pemimpin tak hanya tertuju pada Presiden sebagai kepala negara, bahkan seluruh tokoh bangsa harus berhati indah, untuk memancing mata dunia tertarik kembali menyapa dan bergaul dengan Indonesia.

Terorisme hanyalah oknum kecil yang mencitrakan Indonesia sebagai negeri yang menakutkan, namun sosok pemimpin dan tokoh bangsa yang sejuk lebih memiliki daya tarik ketimbang kejadian menakutkan itu. Jika keindahan telah menjelma di setiap hati pemimpin dan perangkat negara, tercermin dari ketulusan untuk membawa negeri ini ke ranah yang damai, berikut dapat mengikat rasa cinta yang tulus pula dari rakyat, tak ayal seluruh warga dunia akan menaruh cinta dan kagum pula pada negeri ini.

Negeri yang tengah berduka ini akan menjelma kembal sebagai pesona keindahan dunia, manakala setiap pribadi yang berada di dalamnya, berpikir memberi, memberi, dan memberi. Jiwa memberi yang memasuki sudut hati setiap rakyat Indonesia, niscaya akan membuat negeri ini lebih damai dan aman. Kerusakan negeri ini juga mulai dibangun dengan saling memberikan maaf dan menyatukan kembali negeri yang berkeping-keping dalam budayanya dengan rasa kasih tulus yang terjalin diantara seluruh komponen bangsa.



Khalili Anwar, Penutur dari Jalan Cahaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar