Selasa, 26 April 2011

IZINKAN KELEMBUTAN BERBICARA


Kini, kita berada di medan kehidupan yang begitu gersang dan tandus, ditandai semakin tergerusnya spirit kasih sayang di tubuh bangsa ini. Kebanyakan orang didorong gairah pemenuhan kepentingannya sendiri-sendiri. Kehidupan nafsi-nafsi telah merebak di seluruh sendi-sendi sosial. Mungkinkah ini pertanda kiamat akan segera menyapa kita?


Kita temukan di berbagai dimensi kehidupan diranggasi kegersangan jiwa, diliputi permusuhan tak berkesudahan, informasi yang ditebar media minus pesan-pesan empatik yang menyejukkan hati. Kita lebih sering mendapatkan asupan “informasi api” yang membakar, ketimbang air yang menyejukkan. Apakah ini menandai semakin membatunya hati manusia, padahal batu yang dipukul oleh Nabi Musa AS saja bisa memancarkan air yang menyegarkan tenggorokan? Apakah dari hati manusia tak lagi berpeluang dihadirkan air yang menyejukkan ruhani, membuat jiwa bisa bertumbuh?


Bisa dijelajah bagaimana kondisi kemanusiaan saat ini. Ditilik dari ekonomi, kita hanya mendapati suguhan konglomerasi yang kian menuhankan ekonomi. Tak jarang, kelompok berekonomi kuat dengan mudah mengganyang kelompok berekonomi lemah. Politik pun dipenuhi dengan fitnah tak berkesudahan. Kawan seperjuangan bisa menjerat teman sendiri. Sungguh, kekuasaan telah melumpuhkan kemanusiaan, yang berbicara setiap saat hanya uang dan kekuasaan. Bahkan, tak bisa dibayangkan agama juga ditampilkan dengan wajah yang keras, menakutkan, seperti monster yang siap mencabik-cabik manusia yang berlaku jahat. Ringkasnya, seluruh sisi kehidupan telah diliputi kegelapan yang kian pekat. Kalau demikian, dari mana cahaya kasih itu bisa kita peroleh? Bagaimana kita bisa menumbuhkan hati yang tandus dari kasih sayang? Apa yang membuat hati tandus?


Benih cahaya kasih telah disediakan dalam diri manusia, hanya karena tertindih pengaruh eksternal yang lebih besar, walhasil benih kasih ini tidak tumbuh dengan baik. Malah, yang tumbuh adalah benih-benih keras yang memandu manusia menuju ketidakbahagiaan. Watak keras muncul dikarenakan manusia merespons keadaan dengan cara sporadis agar bisa berubah secepatnya. Padahal, menegakkan agama memerlukan kesabaran dan kekuatan hati. Orang kuat bukan orang yang gampang mendaratkan pukulan pada pelaku yang berbuat ingkar, tetapi orang yang mampu menahan diri untuk tidak mendaratkan pukulan, malah dia mencurahkan kasih sayang tanpa tepi.


Sumber cahaya kasih tersedia dalam diri manusia. Makin sering kita menggali kedalaman diri, maka akan ditemukan cahaya kasih dalam diri kita. Tidak terpantiknya spirit kasih dalam diri lantaran kita lebih sering fokus pada sisi eksternal. Kalau cahaya kasih itu bersumber di dalam diri kita, bagaimana cara menguak the power luar biasa itu? Pertama, mengontrol pikiran. Demi merealisasi cahaya kasih dalam diri adalah dengan mengontrol pikiran, bukankah pikiran ini yang menjebak manusia dalam jalinan dualitas yang tak berujung. Jika Anda berhasil melampaui pikiran, artinya tak lagi dikuasai pikiran, insya Allah Anda bisa menguak potensi cahaya kasih dalam diri Anda. Pelampauan Anda terhadap pikiran akan membuahkan damai yang kemudian mengkristalisasi sebagai kasih dalam diri Anda. Ketika kau melampaui pikiran, akan Anda temukan hidup yang hampa kepentingan diri, hati tak lagi dikotori kepentingan individu. Bukankah kepentingan individu inilah yang menjebak manusia ke lembah kesengsaraan? Manakala manusia telah berhasil menyisihkan kekuatan individualism yang mematahkan jaringan-jaringan kasih dalam dirinya, disana akan tumbuh cinta yang membawanya terbang menuju cahaya kebahagiaan tak bertepi.


Kedua, bertindak mengikuti hati nurani. Tindakan berdasarkan hati nurani insya Allah akan selalu menunjukkan manusia ke istana kebahagiaan. Sekali Anda mengikuti suara nurani, kau bakal dicurahi ketenangan dan kedamaian di dalam jiwamu, karena kau berhasil mengalami simfoni atau keserasian ke dalam. Hati nurani seperti cahaya, kalau kau menyalakan setitik cahaya, perlahan-lahan cahaya itu kian membesar, menerangi medan sekitarnya. Cahaya itu menjadi petunjuk yang akan mengantarkan Anda melewati cahaya yang lebih agung, yang pada akhirnya akan sampai pada Cahaya Di Atas Cahaya, selaku sumber dari seluruh cahaya.


Pengikut cahaya akan diperjumpakan dengan cahaya. Dan cahaya itu sejatinya selalu menyala dalam diri manusia, namun kadangkala manusia tidak terlalu tertarik dengan cahaya itu. Dia lebih tertarik dengan petunjuk kegelapan yang menjanjikan kesenangan sementara. Adapun jalan cahaya harus melampaui proses pendakian yang begitu panjang, seperti halnya Nabi Musa AS yang berjalan menuju cahaya yang ada di bukit Tursina. Pada mulanya, cahaya itu terlihat kecil, tetapi setelah didekati cahaya itu kian membesar, semakin dekat dia tertelan oleh cahaya itu, dan akhirnya dia tersungkur di depan cahaya itu. Berlatih setiap hari, Anda mengikuti petunjuk cahaya yang ada di dalam dirimu, berupa hati nurani, agar engkau perlahan-lahan bisa bertemu dengan sumber cahaya itu.


Ketiga, menerangi hati dengan zikirullah. Zikir berfungsi sebagai penerang bagi medan hati yang dikuasai kegelapan. Pun bisa melembutkan hati yang kesat membatu. Zikir yang dimaksud tidak sembarang zikir, tetapi zikir yang diwariskan dari seorang guru yang memiliki pertalian keilmuan hingga Sayyidina Muhammad SAW. Kekuatan zikir telah merubah Sayyidina Umar bin Khattab ra yang berperangai keras dan temperamental menjadi sosok yang lembut dan lekas menangis. Zikir amat ampuh untuk melunakkan hati yang keras, selain telah mendapakan ijazah dari guru yang memiliki pertalian rahasia zikir hingga Sayyidina Muhammad Saw, juga dijalani secara istiqamah. Ketekunan atau istiqamah berzikir menjadi jembatan untuk mengukir hati yang lembut, berikut membentuk perangai dan perilaku yang memesona.


Bagi pemula, diawali dengan menekuni zikir pagi-petang. Zikir pagi petang akan menghapus seluruh kegelapan hati, diganti dengan cahaya damai. Zikir pagi-petang yang ditekuni dengan serius begitu ampuh menghilangkan pelbagai bentuk kotoran yang melekat di hati, berupa kedengkian, riya’, dan sombong. Ingatlah, sesungguhnya kegelapan yang berarak di dalam hati adalah berupa sifat dengki, riya’, sombong. Tiga tentara kegelapan itu bisa dimusnahkan dengan kekuatan zikir yang istiqamah.

Tiga cara yang disodorkan, berupa mengontrol pikiran, mengikuti hati nurani, dan menekuni zikir pagi petang, bisa menjadi suluh cahaya yang segera menerangi mata batin kita, dan akan membentuk perangai, perkataan, dan perbuatan melulu diliputi kelembutan. Insya Allah.

Khalili Anwar, Penutur dari Jalan Cahaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar