Selasa, 19 April 2011

KATA

Berkata terasa mudah. Menurut orang bijaksana, “belajar berkata lebih mudah ketimbang belajar mendengarkan.” Siapa yang sering berkata, semakin banyak ihwal dirinya yang terbabar pada orang lain, sementara orang yang tekun mendengarkan semakin kaya pemahamannya tentang orang lain, berikut kian mendalam kepekaannya pada sesama. Yang diucapkan dan didengarkan sama-sama kata, tetapi setiap kata mencerminkan keadaan hati. Bahkan semakin banyak orang berkata, semakin banyak kesalahan yang terlontar.

Sayyidina Ali Kw berdawuh, “kalau kau hendak menakar nilai seseorang, bisa dilihat dari kata-kata yang dilontarkan.” Dengan kata, popularitas dan kemuliaan seseorang menjulang tinggi, dengan kata pula kehinaan dan kenistaan gampang menindih seseorang. Makanya, kita harus berhati-hati dalam berkata. Dan kata yang sulit dikelola adalah kata-kata yang terucapkan lewat lisan. Kalau kata yang dituliskan, mungkin masih bisa dikelola, karena masih bisa memasuki tahap editing penulisnya. Tapi, apakah engkau bisa meng-edit ulang kata-kata yang sudah terlontar, dan kadung sudah terdengar telinga orang lain?

Kata-kata seakan sebuah ejaan yang sederhana, tetapi mengandung muatan yang bernilai tinggi, tetapi juga menghimpun kehinaan yang begitu rendah. Bermula dari kata-kata, dua remaja bisa menjalin hubungan kasih. Keduanya bermain dan saling berbalas prosa dan kata-kata sastra, pun bermula dari kata kedua remaja itu putus cinta, bahkan mengalami broken home. Kata cinta yang terucapkan lewat lisan mengundang cinta bagi sesama, tetapi kata-kata kebencian akan membuahkan permusuhan. Betapa anggunnya orang yang selalu berusaha menularkan kata-kata cinta yang meneguhkan jiwa, menyalakan optimisme, dan membuka gerbang kesadaran setiap manusia. Kata memberikan efek yang besar, Ir. Soekarno bersama kawan-kawannya mendulang kemerdekaan Indonesia lewat kekuatan kata-kata yang menggugah spirit kebangsaan pada jiwa bangsa Indonesia, berikut membikin penjajah gentar.

Di medan keagamaan, kata-kata juga sangat dihargai. Hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat orang telah ditahbiskan sebagai muslim, dan kalau dia mengingkari kedua kalimat syahadat langsung dicap sebagai syirik, bahkan kafir. Sepasang lelaki-perempuan yang haram berhubungan merubah menjadi halal karena diikat dengan kata-kata yang tersimpul dalam akad nikah. Pun demikian, sepasang suami-istri menjadi haram berhubungan karena diputus oleh kata pula, yakni kata cerai.

Sepatutnya kita berhati-hati melontarkan perkataan, karena bisa berpengaruh pada nasib kita sendiri. Sepadan dengan sabda Nabi Muhammad Saw, “Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik, atau diam.”

Rasulullah Muhammad Saw adalah sosok terdepan di kalangan orang alim di bumi ini, beliau menyabdakan hal itu dilatari pemahaman yang mendalam soal kekuatan kata. Kata yang dilontarkan tak bisa ditarik lagi, serupa dengan menjilat kembali ludah yang kadung menyemburat ke wajah orang lain. Bagi orang dewasa, kata-kata bengis dan sarkastis lebih menyakitkan ketimbang pukulan tangan. Kalau pukulan tangan mungkin hanya sekadar menyakiti tubuh, tetapi kata-kata bengis bisa menyakiti pusat kesadaran manusia yang bernama hati. Sementara orang yang menyakiti hati manusia, tanpa disadari telah merobek-robek rumah Allah yang bertempat pada diri hamba-Nya.

Kita tak hanya belajar agar terampil berbicara, tetapi juga terampil mengendalikan setiap pembicaraan. Harapannya, setiap kata yang terlontar bak mutiara yang menyuguhkan kebahagiaan di hati setiap manusia, atau seperti embun pagi, kendati sedikit tetapi membuat seluruh tubuh menjadi sejuk. Kecerdasan seorang bukan diukur dengan panjangnya kata-kata yang diungkapkan, tetapi seberapa menggugah dan merubah kata-kata yang dilontarkan. Betapa indahnya, orang yang dialiri perkataan yang penuh kharisma dan menginspirasi orang menuju kedekatan pada Allah SWT.

Walau demikian, kau jangan terlalu berharap banyak pada kata yang dirakit lewat tulisan ini, karena belum tentu kebaikan berhimpun di dalamnya. Kau tetap memahami kebaikan kata lewat suara hatimu yang murni. Semoga kita diselamatkan dari perkataan yang menerkam kita sendiri. Insya Allah.


Khalili Anwar, Penutur dari Jalan Cahaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar