Minggu, 22 Agustus 2010

RAMADAN DAN FACEBOOK

Bermain facebook, suatu yang lumrah bagi orang yang hendak memperkaya jaringan dan pertemanan. Setiap insan diberi naluri bergaul dan memperbanyak sahabat dari berbagai stratifikasi sosial, hanya saja kadangkala facebook membuat orang kecanduan “ekshibisionisme” memerlihatkan karya-karya, bahkan tak urung domain pribadi kadang sering diungkapkan di facebook. Terjadilah curhat dari satu facebooker ke facebooker lainnya. Respons berbalas respons inilah yang terus membuka ruang berkomunikasi yang saling terhubung.

Facebook tidak menjadi masalah sepanjang kita mampu mengendalikan penggunannya dengan baik. Ia menjelma sebagai gurita membahayakan manakala membuat kita kegandrungan, bahkan hati merasa gelisah jika belum mengetahui berapa orang yang meng-contact, meng-add, atau memberikan komentar terhadap status kita. Hasrat tampil dan ingin diketahui sering menyeruak dari hati, sehingga selalu terpacu show of force setiap saat. Banyak kata yang dilekatkan di dinding sebagai status, adalah kata-kata indah, memukau, puitis, bahkan membikin orang tergoda, walau sejatinya kata-kata yang diungkapkan belum tentu jadi gambaran sejati orang tersebut.

Andai kita bisa menebar kata-kata mutiara yang menggugah rasa, insya Allah itu menjadi saluran berbagi kebahagiaan। Tapi, anehnya facebook sering menjadi saluran mengekspresikan perkataan remeh-temeh, tidak berbobot, dan hanya sebatas seliweran, sehingga setiap tulisan yang ditampilkan tidak mengantarkan pesan indah di hati orang lain. Ada lagi yang lebih berat, tulisan status dan komentarnya tidak mendidik, kotor, dan perkataan dari comberan.

Puasa membimbing kita agar pandai menjaga ungkapan, baik secara oral atau tulisan, agar amunisi yang dikeluarkan tidak sia-sia। Bukankah kesia-siaan hanya menumpukkan kotoran di hati, berikut memantulkan penyakit ke dalam hati. Puasa mengajak kita mengurangi berbicara dan menjalin pergaulan duniawi, namun kehadiran facebook malah kian mempermudah kita menjalin hubungan dengan banyak orang, bahkan bisa melampaui batas negara. Kita boleh tidak keluar rumah, namun tembok rumah sudah tidak lagi jadi sekat agar terhubung dengan banyak orang.

Apakah berarti kita tidak boleh main facebook di bulan Ramadan ini? Kita boleh main facebook sepanjang masih memiliki manfaat bagi kehidupan, dan mengurangi dari perkataan sia-sia। Rasulullah SAW bersabda, “paling baiknya orang keislamannya adalah meninggalkan suatu yang sia-sia.” Ramadan sejatinya mendidik kita agar bisa mengurangi aktivitas yang menjebak pada kesia-siaan.

Ramadan menjadi lahan istimewa guna menanam suatu yang istimewa yang punya efektifitas terhadap kehidupan ruhani kita. Andaikan facebook itu dipandang bisa memberikan kejernihan bagi batin, silahkan gunakan facebook. Namun, kalau kita merasa bahwa facebook hanya mewarisi “ketidakbermaknaan” dan kehampaan ke dalam hati, alangkah baiknya kalau kita menilai kembali kegunaan facebook, demi bisa memanfaatkan kesempatan Ramadan secara optimal.

Jiwa setiap orang ingin terus terhubung dengan orang lain, suka suasana ramai, tidak menyukai kesepian. Ketahuilah, hawa nafsu sering merangsang manusia untuk berpadu dengan keramaian, alias tidak menyukai kesepian. Manakala orang terus gandrung masuk di dunia “keramaian facebook” tanpa kontrol, kekuatan nafsu akan mengembang. Padahal penderitaan itu bermula dari pemenuhan terhadap apa yang disukai hawa nafsu.

Bulan Ramadan kita harus lebih sering bersentuhan dengan situs-situs yang menyuburkan pertumbuhan ruhani. Bertemu dengan al-Qur’an sembari menafakuri, menjalani zikir, menulis, dan andaikan mau berselancar di facebook, usahakan agar setiap apa yang diungkapkan selalu bisa menumbuhkan ruhani kita.

Tulisan ini hanya memperingati diri sendiri.

Khalili Anwar, Penutur dari Jalan Cahaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar