Jumat, 15 Mei 2009

MENGUAK SPIRIT MUDA



Keberlanjutan kehidupan bangsa berada di genggaman anak muda. Andaikan anak muda penuh spirit dan terus bersinergi untuk melahirkan karya-karya genius dipadu dengan perilaku akhlak yang elegan, di hati terpancar harapan bangsa ini bakal mengalami kebangkitan. Pun tak bisa dipungkiri, kedigdayaan bangsa ditandai dari apresiasi yang dicurahkan para pemimpinnya pada kehidupan generasi muda. Sudahkah pemimpin kita menyokong gerakan anak muda yang hendak menelurkan karya? Kita bisa menilai sendiri. 

Di tengah arus kebudayaan berbasis teknologi yang menjalar begitu cepat dan pesat, anak muda punya lahan yang lapang untuk melejitkan karya-karya yang luar biasa. Bacaan yang melimpah, fasilitas teknologi yang tersedia luas, disokong SDA yang amat kaya diharapkan bisa mengilhami generasi muda menyuguhkan karya-karya terbaiknya, dan berhasil melenyapkan jiwa ketergantungan yang berlebihan pada asing. Yang membuat kita melulu bergantung lantaran pudarnya rasa percaya diri dari dalam hati kita. Perlu dipahami, generasi muda punya full potensi yang bisa disebarkan dan dimanfaatkan bagi bangsa ini, cuma karena tidak ada kepercayaan diri, kita mudah terhempas pengaruh dari luar. 

Generasi kita minus percaya diri. Tidak pernah PD dengan bahasa sendiri, minder adat sendiri, kurang sreg dengan produk dalam negeri. Padahal percaya diri seperti akar, andai akarnya keimanan kita rapuh, niscaya eksistensi kita pun bakal mudah tumbang dihempas badai yang datang secara tiba-tiba. Perkuatlah akar keimanan sehingga badai apapun yang menghempas tidak akan menggoyahkan pohon kehidupan kita. 

Sudah saatnya generasi muda muslim berpikir untuk menguatkan kembali akar keimanan yang sudah lama ditinggalkan, karena menimbang kekuatan yang datang dari luar. Manakala kita terlalu fokus dengan kekuatan eksternal, maka tidak bisa menyusupi kekuatan internal berupa keyakinan. Padahal keimanan berperan lebih besar ketimbang semuanya. Lewat keimanan semua kenyataan yang mewujud mewariskan inspirasi, menghadirkan hikmah, dan menyuguhkan pancaran kebahagiaan. 

Generasi muslim tidak lagi memiliki kesempatan memperlemah diri yang berujung rapuhnya keimanan. Sudah mulai menghargai waktu, sebagai waktu yang produktif. Selaras dengan umurnya yang muda yang demikian produktif, maka mereka mengganggap setiap waktu adalah waktu produktif. Perpaduan antar umur yang produktif dan waktu yang produktif, akan melahirkan karya-karya yang dahsyat. Sudah tidak masanya generasi muslim diperbudak televisi yang tak pernah berhenti memborbardir kita dengan ragam tontonan sampah. Sudah tidak saatnya generasi muda muslim dijajah beragam kegiatan tak bermanfaat. Sudah saatnya generasi muda bangkit dengan karya unggulan dihiasi akhlak Qur’ani.

Inilah momen kebangkitan generasi muslim, dengan terus memacu diri menjadi lebih produktif dan bisa berkontribusi lebih besar bagi bangsa ke depan. 

Khalili Anwar, Penutur dari Jalan Cahaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar