Senin, 04 Mei 2009

SELAMAT JALAN KAKAK-KU !



Di tengah riuh rendah pemainan politik yang menghias negeri. Di tengah maraknya koalisi antar partai yang kental dengan proses transaksi. Di tengah hiruk pikuk perbincangan kasus terbunuhnya Nasruddin yang menyeret-nyeret nama Antasari Azhar, ketua KPK, ada peristiwa yang memilukan hatiku. Peristiwa ini ditelan arus isu-isu elite, dan tak ada sedikit pun media yang menangkap peristiwa ini. Kendati tak ada media yang mewartakan peristiwa ini, akan tetapi di hatiku menjadi amat berkesan, dan menggoreskan hikmah yang mendalam.

Peristiwa apa gerangan? Yang pasti saya bisa merajut pelajaran yang begitu bermakna dari peristiwa ini. Peristiwa meninggalnya kakak, sahabat, dan guru kehidupan saya, Kakak Mujahid Akbar. Beliau sosok yang begitu peduli dengan adik-adik yang berada dalam bimbingannya. Saya mengenal beliau yang kalem tapi tegas, semenjak saya kuliah dan bergabung dengan Unit Kegiatan Kerohanian Islam di Universitas Dr. Soetomo (Unitomo). Saya bisa merengkuh banyak pelajaran seputar organisasi dan kedisiplinan dari beliau. 

Hatiku bagai tersengat, tatkala mendengar beliau meninggal dunia. Memang sekitar 1 tahun ini beliau bertarung dengan rasa sakit yang dideritanya. Dokter memvonis ginjalnya rusak, sehingga dia harus cuci darah 2 kali dalam seminggu. Kakak saya, Mujahid Akbar, sejak jadi aktivitas dakwah sudah ikut terlibat dengan aktivisme PKS, di saat organisasi kader dan massa ini masih hanya sebagai embrio di Jatim. Saya pernah diajak terlibat dalam kegiatan-kegiatan PKS, akan tetapi karena sudut pandang yang berbeda, saya memilih tidak ikut terlalu jauh akan kegiatan yang digelar PKS. Setelah lulus kuliah, sekitar tahun 2003, beliau langsung berkecimpung lebih serius di setiap kegiatan yang diselenggarakan PKS. Hidupnya begitu bersemangat dalam menularkan visi misi PKS pada adik-adik kadernya. Bahkan setiap minggu sekali, di tengah kesibukannya, beliau masih menyempatkan diri untuk menyambangi adik-adiknya yang ada di kampus, demi memantau seberapa jauh perkembangan kader-kader yang telah dididiknya. 

Karena ia aktif di PKS, beliau pun aktif terlibat di wadah sosial yang didirikan PKS, yakni LMI (Lembaga Management Infaq dan Sedakah). Seluruh waktunya, beliau curahkan untuk membesarkan lembaga yang ditanganinya. Hampir 5 tahun beliau bergelut dengan LMI juga PKS Wilayah Jatim. Tepat awal 2007, beliau mengeluh sakit, dan setelah didiagnosis mengalami kerusakan ginjal. Kendati telah divonis mengalami gegar ginjal, beliau masih selalu optimis untuk menorehkan yang terbaik bagi masa depannya. Di dada beliau masih memancar semangat untuk bisa menegakkan agama Allah lewat kendaraan dakwah yang ditumpanginya. 

Demikian sekilas perjuangan sosok muda yang penuh semangat Mujahid Akbar. Selaras dengan namanya, sosok ini memang sarat dengan semangat jihad. 

Tepat jam 3.30 usai shalat Ashar, hari ahad, 3 Mei 2009, kakak senior saya menyambangi saya ke kos-kosan, mengabarkan tentang meninggalnya sahabat dakwah ini. Ia pun mengajak saya dan langsung meluncur ke rumahnya di poliklinik SEHATI LMI yang bertempat di Bratang Gede. Di rumahnya sepi senyap, hanya ada 2 akhwat dan satu anak kecil yang berdiam di sana. Pikir kami, jenazah beliau sudah disemayamkan di rumahnya, ternyata masih berada di rumah sakit. 

Kami pun meluncur ke RS Haji, tepat di depan kamar jenazah berkumpul beberapa anak muda, saya yakin dari kalangan PKS, terlihat begitu berduka ditinggal oleh sahabat seperjuangannya. Kami menyalami mereka, dan kami langsung menuju ke ruang jenazah, pelan-pelan saya membuka kain putih yang menutupi seluruh tubuh saudaraku ini. Beliau terlihat penuh semangat, dan senyum nampak tersirat dari wajahnya. Satu per satu sahabat-sahabatnya berdatangan, ikhwan dan akhwat dari PKS berdatangan hilir mudik di tempat tersebut. Kendati mereka bersedih, mereka rela melepaskan sang pejuang yang telah berjasa membesarkan PKS di Jatim. 

Beberapa jam, kami menunggu jenazah dimandikan oleh modin RS Haji, dan usai maghrib langsung disholatkan. Saat mengungkapkan salam terakhir lewat shalat ini, saya menemukan semangat ukhuwah yang begitu menggugah nurani saya. Terasa ukhuwah begitu kuat, dengan penuh sesaknya masjid RS Haji dengan petakziah yang akan mensholati kakak Mujahid Akbar. Saat disembayangkan itu, tak satu pun keluarga beliau yang datang lantaran panjangnya perjalanan yang ditempuh. Keluarga beliau tinggal di Tarakan, Kalimantan. Di Surabaya beliau hanya tinggal bersama istri dan 1 anak laki-laki.  

Inilah sebuah episode saya merenung. Yah merenungi tentang arti persaudaraan. Atau ukhuwah. Saya membayangkan, andaikan diriku yang meninggalkan tanpa ibu disampingku, dan bahkan tak ada saudara kandung di sekelilingku. Betapa tanpa saudara, mungkin hanya tetangga yang mau merawat jenazahku. Dari situ, saya amat mensyukuri punya saudara-saudara seiman, semoga bisa memperlakukan diri masing-masing seperti saudara yang saling penyayang, dan peduli. Karena sejatinya ukhuwah, adalah ukhuwah yang diikat dengan iman dan satu akidah. 

Dari berjubelnya petakziah yang memenuhi rumah beliau, saya meyakini beliau adalah orang yang begitu baik pada seluruh saudaranya dalam berdakwah. Insya Allah sekitar 500 petakziah mengantarkan ke tempat persemayaman terakhir beliau. Semoga amal ibadahnya di terima di sisi Allah. Kendati jasadnya telah ditelan bumi, akan tetapi jiwanya tetap terkenang dalam kejernihan hati. Insya Allah. 

Khalili Anwar, Penutur dari Jalan Cahaya

3 komentar:

  1. Komentar ini hanya untuk apa yang kau renungkan.

    Ada kisah bahwa Nabiullah Musa As telah menerima teguran dariNya, "Mengapa kau tak mengunjungiKu ketika AKU sakit? Mengapa kau tak memberiKu makan ketika AKU lapar? Dan mengapa kau tak memberiKu pakaian ketika aku telanjang?"

    Saya kira kelanjutannya sudah kau ketahui bukan?

    Lalu ada pula perintahNya juga kepada Nabiullah Musa As, agar beliau mengunjungi suatu tempat untuk merawat jenazah dari salah satu hamba kecintaanNya. Setelah didatangi, ternyata tempat itu adalah sebuah gubuk rusak yang atapnya pun sudah berguguran, terletak di tempat yang sangat terpencil dan jauh dari tetangga yang tak seorang pun mengetahuinya. Tetapi begitulah, Allah tidak akan menghinakan seorang hamba yang dicintaiNya. Bahkan diperintahkannya seorang nabiNya untuk menghormati jazadnya sekalipun tiada seorang pun tahu akan keberadaannya atau bahkan kematiannya.

    Jadi tidak usah menjadikanmu risau apa yang akan kau dapati di akhir perjalanan hidupmu di dunia ini. Risaulah kalau sampai engkau kehilangan cintaNya kepadamu sekejap saja.

    Mengapa renungan ini tak kau kirimkan padaku seperti biasanya?

    BalasHapus
  2. Tak Ada yang dirubah dalam blog ini pak, kecuali hanya dirubah tampilannya oleh mas Agus Fawzi. Jazakallah pada Mas Agus Fawzi juga seluruh saudaraku di Majelis Tasbih yang telah memberikan kesempatan bagi saya berkembang dalam tulis menulis.

    oh Ya tangle blog yang "Menjala Cahaya Hati Lewat Kata" Sungguh amat bagus, sebagai hadiah yang diberikan oleh Mas Agus Fawzi. Terima kasih ya.

    Pada Pak Eko yang tak bosan-bozan memberikan masukan, kritik, dan saran dalam setiap tulisan di blog ini, saya mengucapkan terima kasih.

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarkatuh

    atas nama Keluarga besar grup hadrah turut berduka cita atas meninggalnya teman ustad
    Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'un

    sekian sepatah kata ini semoga dapat menyambung tali silaturrahmi meskipun melalui sebuah blog

    wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarkatuh

    BalasHapus