Selasa, 03 Maret 2009

DENGKI Vs SEDAKAH

Setiap hari manusia mendambakan hidup bahagia, tetapi kebahagiaan sendiri kadang tidak benar-benar didambakan. Hanya sebatas keinginan, tidak nampak usaha untuk meraih kebahagiaan itu. Bahkan kadang yang terlihat, manusia kerap melakukan tindakan yang berlawanan dengan kebahagiaan itu sendiri. Tak ayal ketika dampak perbuatan diterima, terlontar kata-kata penyesalan, dongkol, dan bahkan marah-marah. Kalau diketahui setiap suasana hati amat berkait kelindan dengan perbuatan manusia sendiri. Suasana hati yang baik sebagai pantulan dari perbuatan baik, penderitaan sebagai pantulan dari perbuatan buruk. Ketika orang hendak mencabut akar penderitaan dalam hati, tentu dia akan berusaha mencari dan mencabut akar penyakit yang membuat diri selalu berada dalam atmosfir hati penuh derita, berikut memasokkan program yang membikin hati merekah seperti bunga yang menampilkan keindahan dan kebahagiaan.

Penyakit yang acapkali tertular dalam hati adalah penyakit dengki. Mengapa dengki membuat manusia menderita? Karena kedengkian sendiri akan memupus spirit kebajikan yang ada di dalam hati. Anda pernah menjumpai sabda Rasulullah: “sesungguhnya dengki akan menghapus kebaikan, seperti api yang memakan kayu bakar,” . Betapa menderitanya ketika akumulusi kebaikan yang menghiasi hati digerus oleh virus kedengkian. Saya pernah menghimpun artikel tulisan saya, setiap pagi dan malam hari saya menulis beragam artikel itu dengan menggunakan komputer. Saya mengerahkan hampir sekian waktu untuk mencurahkan gagasan segar yang melesak dari pikiran saya. Saya menganggap ide ini memiliki makna untuk pengembangan wawasan dan pengetahuan saya ke depan. Suatu saat saya mengunjungi sebuah warnet untuk mensurfing sekian artikel, demi mengayakan wawasan. Seusai dari warnet, saya menancapkan flashdisk ke komputer saya. Awal-awalnya, mengetik masih terasa enjoy, dan saya bisa memasukkan data-data untuk suplemen pikiran saya. Kemudian komputer itu pun di shut-down. Hanya berapa menit saja saya hidupkan lagi, ternyata sudah hang, ringkas kata, seluruh data yang ada di hardisk itu hilang percuma, tak bisa diselamatkan. Akhirnya saya harus hati-hati memasukkan flashdisk ke komputer saya, bahkan saya mencari sebuah anti-virus yang amat canggih demi bisa mengarantina bahkan mematikan virus itu.

Mungkinkah itu sebuah pelajaran yang bisa dipetik dari kedengkian. Ketika virus dengki menerobos ke dalam hati, maka seluruh kebaikan yang telah diprogram di dalam hati akan lenyap. Jadi sia-sia semuanya. Kedengkian rentan menyerang siapa saja, tidak hanya orang yang bodoh soal agama, bahkan seorang kyai pun bisa dijangkiti virus kedengkian ini. Bisa jadi ustadz dengki pada ustadz lainnya yang memiliki jamaah yang lebih banyak, politisi dengki pada sesama politisi yang memiliki popularitas lebih unggul, tukang jual bakso dengki pada tukang jual bakso yang lainnya karena lebih laris, dan rentan sama tetangga timbul kedengkian, karena tetangganya memiliki rumah megah, mobil mewah, sementara dirinya sendiri masih bermukim di rumah kontrakan, mobil apalagi. Hampir dipastikan orang yang dengki karena memiliki kesamaan dari berbagai sisi, hanya saja keberuntungan yang berbeda.

Sungguh aneh, ketika dua anak muda kampung sama-sama berangkat ke kota untuk berjuang merubah standard hidupnya. Yang satu berusaha keras untuk memantapkan pekerjaan dengan menjual susu di pinggir trotoar, sehabis subuh hingga jam 7 pagi dengan semangat tinggi dia menjajakan susunya, dan keuntungan yang diperoleh bisa dibilang amat banyak setiap hari. Pendek cerita dia bisa membeli mobil dari profesi menjual STMJ. Yang lainnya memilih bekerja di pabrik, dan mengikuti ritme orang pabrikan yang bekerja dari pagi hingga sore. Melalui pekerjaannya yang keras pula, dia hanya bisa memenuhi kehidupan sehari-hari, lumayan bisa kredit motor. Hanya saja hidupnya masih pas-pasan. Mungkinkah yang punya motor itu timbul rasa dengki pada yang punya mobil? Andaikan dia dengki karena berasal dari kampung yang sama dan beroleh keberuntungan yang berbeda, tentu yang dengki tidak akan pernah bisa menjadi lebih maju dari sebelumnya. Karena energinya terkuras untuk memikirkan yang jualan susu setiap hari, dan jarang berpikir bagaimana bisa merubah sisi kehidupannya. Bisa jadi semakin hari karyawan pabrik itu semakin kurus kering, bahkan tidak enak makan karena selalu memikirkan si tukang jual susu. Tidak hanya dagingnya yang berkurang karena semakin kurus, tetapi juga amal kebaikannya akan berkurang karena pikiran hanya dipergunakan untuk mengempesi amal kebaikan orang lain. Padahal dengan dengki itu tidak bisa merubah apapun pada orang lain. Andaikan dia ridha dengan nasib yang menghiasi temannya tentu kelapangan dada pun akan memenuhi hatinya. Bagaimana ciri khas orang ridha, dan apa kekuatan yang bakal diperoleh dengan bersikap ridha?

Ridha tercermin dari sedakah. Hanya orang ridha yang akan bersedakah. Kalau dengki menghapus kebaikan, kalau sedakah malah akan menghapus seluruh keburukan. Anda mungkin pernah menjumpai sabda Rasulullah Saw. “Sedakah akan memadamkan keburukan sebagaimana air yang memadamkan api.” Ada juga sabda Rasulullah SAW, “Sedakah bisa menolak balak.” Betapa dahsyatnya kekuatan sedakah, bahwa sedakah bisa menghilangkan seluruh keburukan yang menyesaki dada, berikut beragam bentuk penderitaan yang mengitarinya. Bayangkan, ketika kita memberikan sesuatu pada sesama, air kebahagiaan seperti mengucuri hati kita, pembuluh kebahagiaan pun mengembang. Sedakah tidak sebatas mencabut penderitaan bergantikan kebahagiaan, bahkan akan menambah kebahagiaan yang semakin melimpah. Betapa banyak orang memperoleh keberuntungan melalui sedakah. Alkisah, ada dua orang yang tukang jual kacang ijo. Satunya terlihat laris, banyak orang yang mengerubutinya. Dan satunya sepi pembeli, walaupun ada juga yang laku. Yang jualannya sepi itu, ketika masih banyak sisa kacang ijonya, dia malah memilih bersikap proaktif dengan mensedakahkan pada orang-orang yang berada di sekelilingnya, tukang becak, juga pada pedagang kaki lima yang lain. Sungguh tidak seberapa lama, penjualannya pun meningkat. Itulah jawaban Allah bagi orang yang memilih bersedakah ketimbang dengki. Semoga kita menjadi orang yang bergairah untuk bersedakah, sembari belajar mengikis setiap penyakit dengki yang bisa jadi akan berkunjung setiap saat.

Khalili Anwar, penutur dari jalan cahaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar