Senin, 02 Maret 2009

EDISI TERBARU, EDISI TERBAIK

Setiap hari kita memasuki dunia baru. Hanya saja kita memasukinya dengan cara berpikir dan konsep hidup lama (the old paradigm). Katanya sih konsisten. Atas nama konsisten pada pola berpikir lama itulah membuat kita terpental jauh dari kondisi yang tengah kita hadapi saat ini. Ketika kita tidak terbersit sedikit pun untuk bisa mengasah potensi, melincahkan bakat, dan meneguhkan tindakan, maka kita tidak bakal mengalami perubahan dalam hidup ini. Hidup melulu berada di dataran stagnan. Harusnya kita menemukan hal baru setiap saat yang menambah kualitas keimanan dan tindakan kita.. Rasulullah saja selalu berdoa “Tuhan, tambahkan padaku ilmu.”

Rasulullah tidak pernah berhenti untuk memperbaiki diri, dan menghadirkan dirinya yang terbaru. Terbaru berarti yang makin sempurna. Dan andaikan terbitnya matahari hingga terbenamnya tidak menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi kita, maka sungguh di hari itu tidak bertambah keberkahan dalam hidup kita. Berarti tanda hidup kita berkah, ketika kita mendapatkan added value (nilai tambah) dari lintasan hari yang kita lewati. Bahkan Rasulullah SAW selalu berdoa, “Ya Allah, anugerahilah pada saya cahaya, cahaya bagi penglihatan saya, cahaya bagi pendengaran saya, cahaya bagi daging saya, cahaya bagi darah saya, dan cahaya bagi hati saya.” Rasulullah SAW, insan paripurna yang telah mencapai stasiun terdekat dengan Allah selalu memohon cahaya, apalagi kita yang setiap hari hanya terliput oleh dosa dan kesalahan. Apakah kita merasa mendapatkan cahaya? Apakah kita gengsi untuk memohon cahaya pada Allah? apakah kita merasa berliput dengan cahaya? Bagaimana hidup kita dikatakan bercahaya, kalau setiap hari kita hanya bergumul dengan hal-hal yang membuat diri makin jauh dari Allah. Harusnya kita lebih gigih untuk meneladani doa Rasulullah SAW, agar memeroleh cahayaNya. Rasulullah SAW yang telah dijadikan medan bermukimnya cahaya saja, yaitu nur muhammaddiyah, masih terus memohon cahaya, apalagi kita yang setiap hari selalu ‘keseleo’ dalam bertindak. Rasulullah SAW sosok paripurna tanpa dosa selalu menengadahkan tangannya untuk menjaring cahaya, apalagi kita yang setiap hari makin dekat dengan perbuatan dosa.

Setiap saat kita harus terus berusaha memperbaiki diri, mencerlangkan cahaya batin yang tertutupi oleh gumpalan dosa yang melekat di hati kita. Kita berusaha setiap saat untuk melakukan hal-hal terbaik yang menambah ketenangan bagi hati, hingga setiap apa yang kita lakukan bakal membawa efek positif dalam hidup kita. Bagaimana agar kita terdesain sebagai edisi yang terbaru? Kita bakal mendapatkan diri edisi terbaru yang terbaik, manakala kita selalu sibuk untuk memperbaiki diri setiap saat; meneliti kembali soal tutur kata yang terucap, apakah ada kata yang membuat orang lain tersinggung, sakit hati, atau hanya berupa perkataan sia-sia adanya, kata-kata yang tak membekaskan efek positif pada orang lain. Andaikan kata-kata kita belum berpengaruh dan menggugah, berarti kata-kata kita belum bercahaya. Andaikan penglihatan kita belum bisa mencerap hikmah dibalik apa yang ditatap, berarti mata kita masih jauh dari cahaya. Andaikan pendengaran kita masih kerap mendengarkan ucapan yang sia-sia, atau lebih sering menangkap hal negatif ketimbang yang positif, berarti pendengaran kita belum bercahaya. Kalau seluruh elemen kita belum bercahaya, mengapa kita tidak pernah serius untuk membenahi diri? Mengapa kita tidak bersungguh-sungguh membersihkan cermin hati kita agar benar-benar bercahaya. Padahal jika hati bercahaya, maka anggota tubuh yang lain insya Allah akan memperoleh pancaran cahayanya. Manakala pemimpin baik, insya Allah tentara pun akan baik. Karena sesungguhnya tentara akan bergerak sesuai dengan komando dari pemimpin.

Pun ketika hati telah bercahaya, insya Allah semua anggota tubuh kita bercahaya. Bercahayanya hati terpancar dari pikiran yang bercahaya, perkataan yang bercahaya, tindakan yang bercahaya, dan pendengaran yang bercahaya, dan tak ada sesuatu yang sia-sia dari apa yang datang darinya. Ketika seluruh elemen telah mendapatkan cahaya, dan apalagi telah berhasil merengkuh cahaya tertinggi, tidak memerlukan kata-kata untuk menggugah dan mencerahkan orang lain, diamnya saja bakal menularkan cahaya ‘kesadaran’ bagi yang menatapnya. Bagaimana tatapan seorang guru yang sejuk dan belas kasih bisa merubah seorang penjahat kelas berat? Sesungguhnya sang guru sudah tak berbicara dengan kata-kata, hanya lewat tatapan mata yang berasal dari hati yang bercahaya telah menembus kesadaran si penjahat, hingga si penjahat itu merasa tergedor hatinya, dan bersimpuh dalam tobatnya di hadapan si guru.

Agar kita mendapatkan diri kita edisi terbaru, maka berusahalah setiap hari untuk mengoreksi dan mengevaluasi diri kita secara sungguh-sungguh. Perhatikan kesalahan kita sendiri lebih keras ketimbang memperhatikan kesalahan orang lain. Karena setiap saat diri kita pasti menemukan sisi kelemahan yang melekat di diri kita, hingga kita bisa mengurangi atau menghapus secara total kekeliruan tersebut. Ketika kita telah bisa memperhatikan kesalahan kita, tindakan berikutnya kita harus berusaha untuk mengakui secara jujur atas kesalahan tersebut. Tak ada gunanya orang mengetahui akan titik hitam yang berada pada dirinya, tetapi ia tidak mengakui. Mengakui tanda adanya kejujuran, dan hanya kejujuran yang bakal melenyapkan kegelapan di hati kita. Setelah mengakui, maka kita bakal bertindak untuk membersihkan, sembari menyesali segenap kesalahan yang dilakukan. Saat penyesalan itu benar-benar membuncah dari hati kita, maka teruslah kita menemukan hal-hal baru yang membuat diri kita makin baik di hadapan Allah SWT. Perasaan Anda makin hari makin tenang, bahagia, dan terasa makin dekat pada Allah SWT. Ketika orang selalu merasa bersama dan disertai Allah SWT, maka dia tidak pernah merasakan keraguan sedikit pun, hingga dia terus berada dalam kebahagiaan yang tak terbatas. Dan dalam kebahagiaan itu, kita bisa terus berkontribusi yang terbaik, dan menghadirkan diri kita yang terbaru. Pemikiran terbaru. Akhlak yang lebih bagus. Kata-kata lebih berbobot. Perbuatan lebih bermakna. Makin kita merasakan kedekatan dengan Allah, insya Allah kebaikan pun makin dekat di hati kita, terpancar pula ke seluruh elemen tubuh kita. Insya Allah.

Khalili Anwar, penutur dari jalan cahaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar