Minggu, 08 Maret 2009

HARUSKAH KONSER CINTA RASUL?



Ada seorang sahabat mengirimkan surat lewat e-mail saya. Setelah membaca artikel saya yang berjudul “Konser Cinta Rasul”, dia berharap agar artikel itu dilengkapi dengan dalil yang melatarbelakangi adanya konser cinta Rasul agar orang merasa memiliki landasan yang kuat . Mengapa konser cinta Rasul harus diselenggarakan? Adakah landasan yang membolehkan kita mengekspresikan cinta pada Rasulullah SAW?

Di bulan Maulid ini, saya ingin mencurahkan perasaan saya untuk memantik cinta pada Rasulullah Saw ke dalam diri ini. Walau saya meyakini, bahwa tulisan-tulisan saya tidak bisa mewakili secara utuh tentang bagaimana sepatutnya kita mencintai Rasulullah SAW. Saya amat berterima kasih pada sahabat yang hendak berbagi pengetahuan dan pengalaman ruhani yang menyiratkan tentang perasaan (dzauq) pada Rasulullah SAW, hingga hari demi hari tangki cinta kita pada Rasulullah SAW makin bertambah. Ingatlah saudaraku, kalau Rasulullah bersabda, “almaru ma’a man ahabbahu,” orang akan dikumpulkan bersama dengan yang dicintai. Setiap yang mencintai Rasulullah Saw akan berkumpul dengan Rasulullah Saw. Pun demikian, bahwa orang yang mencintai Rasulullah tidak sebatas berkumpul dengan Rasulullah SAW, tapi juga berkumpul dengan kelompok yang sama-sama mencintai Rasululllah SAW. Bukankah dengan satu perasaan orang itu bakal berkumpul? Bukankah hanya yang sesifat yang bakal dikumpulkan? Bukankah hanya yang punya kecenderungan sama yang bakal dipersatukan? Demikian seterusnya.

Saya berharap lewat blog ini, sahabat bisa berbagi kisah, inspirasi untuk bisa saling menguatkan cinta pada Rasulullah Saw. Pun bakal terbentuk spirit cinta kita karena Allah dan RasulNya. Bukankah hanya persaudaraan yang diikat karena Allah dan RasulNya yang bakal kekal melampaui umur? “Teman-teman akrab pada hari itu sebagian menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa,” [az-Zukhruf:67].

***

Sudah tiba kesempatan bagi saya untuk mengutarakan mengapa kita harus mengadakan konser cinta Rasul? Rasulullah Saw adalah makhluk termulia yang harus dicintai oleh kita melampaui yang lain. “Katakanlah, “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kamu, keluarga-keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk pada orang-orang fasik.” [At-Taubah:24].

Betapa kita harus meletakkan Allah dan RasulNya dan jihad di jalanNya pada urutan teratas dalam piramida cinta. Jangan sampai kecintaan pada trilogi dikalahkan oleh kecintaan pada yang lain. Cinta teratas dari seluruh cinta adalah cinta pada Allah SWT. Dan bagaimana posisi kecintaan kita pada Rasulullah SAW? Cinta kita pada Rasulullah adalah pertanda kecintaan kita pada Allah SWT. Semakin meluap perasaan cinta kita pada Rasulullah SAW, berarti kecintaan kita pada Allah pun makin membuncah. Kita mencintai Allah dengan cara-cara mencintai siapa-siapa yang dicintai Allah SWT. Adapun Rasulullah SAW adalah kekasih Allah yang terdekat denganNya.

Kita sekarang menarik pada satu poros bahasan, mengapa kita harus mencintai Rasulullah SAW, hingga harus menciptakan konser cinta dalam bentuk pesta shalawat? Tidakkah Anda ketika mendapatkan rumah baru menyelenggarakan syukuran besar-besaran? Apakah syukuran seperti itu diperbolehkan. Ketika Anda mengalami promosi jabatan Anda pun bersyukur, bahkan mengadakan pesta makanan besar. Ketika anak Anda lahir, Anda pun bersyukur dalam bentuk aqiqah. Begitu seterusnya. Jika pada rumah, anak-anak, jabatan Anda begitu bersyukur dengan penuh kegirangan, apalagi dengan nikmat di atas nikmat yang diutus oleh Allah pada kita, yakni Nabi Muhammad SAW. Nabi Isa AS menjadikan momen turunnya hidangan dari langit menjadi hari raya, dan permohonan itu tidak dilarang oleh Allah SWT. “Isa putra Maryam berdoa, “Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki yang paling utama.” [al-Ma’idah:114].

Menurut guru saya, kalau turunnya rezeki saja dijadikan hari raya oleh Nabi Isa dan kaumnya, dan tak dilarang oleh Allah SWT, apalagi turunnya Rasulullah SAW yang dijuluki sebagai rahmat bagi seluruh alam. Rasulullah SAW adalah rahmat Allah yang utama yang memantik datangnya kenikmatan yang lain. Beliau juga mengungkapkan, andaikan turunnya al-Qur’an perlu kita peringati, apalagi turunnya Rasulullah SAW yang karena beliau al-Qur’an itu diturunkan, harusnya kita lebih bersemangat untuk memperingatinya.

Memperingati Maulid Rasulullah SAW merupakan sebuah wahana untuk mengekspresikan rasa cinta yang begitu mendalam pada Rasulullah SAW. Rasa cinta ini tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, dan hanya bisa diekspresikan dalam bentuk kepekaan rasa. Karena itu diperlukan menghiasi bacaan shalawat jama’I untuk menyemarakkannya. Apakah ceramah, pidato juga penting untuk memantik kerinduan pada Rasulullah SAW. Ceramah juga penting, tetapi soal cinta bukanlah wawasan, tetapi perasaan yang harus diekspresikan dengan bahasa-bahasa perasaan yang mendalam. Membaca shalawat adalah cara efektif untuk memantik cinta dan kerinduan pada Rasulullah SAW.

Khalili Anwar, Penutur dari jalan cahaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar