Jumat, 20 Maret 2009

TUMBUHKAN CINTA PADA NABI SAW



Kita masih berada di bulan agung, bulan dimana Rasulullah SAW dilahirkan. Perlulah kiranya kita merenung, bertukar pikiran dan berbagi pengalaman ruhani demi memantik kecintaan pada beliau SAW. Lewat kecintaan yang sempurna pada beliau, insya Allah kebahagiaan hidup bakal meresap ke dalam pori-pori kesadaran kita. Hampir seluruh kekasih Allah adalah termasuk sosok yang begitu kuat rasa cintanya pada Rasulullah SAW. Manakala kita bisa mengekspresikan spirit cinta pada Rasulullah Saw, pada gilirannya semangat kita pun bakal terpompa untuk meneladani akhlak Rasulullah SAW, sang kekasih Allah. Mengapa cinta pada Rasulullah SAW menjadi bekal untuk meraih keindahan dan kebahagiaan hidup?

Perlu diketahui kemuliaan bulan atau tempat bergantung apa yang dihadirkan di dalamnya. Ramadlan menjadi begitu mulia karena di dalamnya menjadi momen diturunkannya al-Qur’an. Dan ketika madinah masih menjadi kota Yastrib, Rasulullah belum melakukan hijrah di sana, maka kota itu tidak memiliki keistimewaan apapun. Tidak diperhitungkan. Tetapi setelah Rasulullah berada di Madinah, maka kota madinah dijuluki sebagai kota suci. Pun begitu, bulan Maulid menjadi begitu istimewa karena didalamnya telah dilahirkan manusia terbaik sepanjang sejarah, yaitu Rasulullah SAW. Kalau bulan Ramadlan begitu mulia, maka bulan maulid justru lebih mulia. Mengapa? Karena kalau bulan Ramadlan, menjadi momen turunnya al-Qur’an, yang notabena menjadi rahmat bagi orang beriman. Adapun bulan maulid menjadi momen lahirnya Rasulullah SAW, sebagai manifestasi rahmat bagi seluruh alam.

Bulan Ramadlan menjadi momen kegembiraan bagi manusia, karena disitu kita mendapatkan pelipatgandaan pahala, bahkan grasi atas dosa-dosa yang diperbuat selama ini. Adapun bulan maulid menjadi momen yang mengembirakan Allah SWT, karena saat itulah kekasih-Nya dilahirkan. Rasulullah Muhammad SAW adalah buah dari penciptaan. Hanya karena Nabi Muhammad jagat semesta ini diciptakan dan digelar oleh Allah SWT, firman Allah dalam hadist Qudsi, “Kalau tidak karenamu (Muhammad) Aku tidak menciptakan semesta ini.”

Andaikan kita menanam pohon mangga, tentu saja yang kita harapkan adalah buah mangga. Ketika buah mangga sudah bisa dipanen, betapa kebahagiaan menyusupi hati kita. Seumpama seorang ayah bekerja keras mengelola sebuah perusahaan berkata pada anaknya, “Kalau tidak karena engkau anakku saya tidak membangun perusahaan dengan cara segigih ini.” Rasulullah SAW adalah tujuan penciptaan semesta ini. Pun kita begitu berbahagia dihidupkan sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Kita berada di zaman buah. Ya buah dari seluruh ajaran kenabian, sehingga kita tinggal memetik saja kearifan yang diajarkan oleh seluruh Nabi. Karena itu, umat ini lebih mudah untuk mencapai maqam spiritual dibandingkan dengan umat sebelumnya. Nabi Muhammad SAW. tidak hanya penyebar rahmat bagi seluruh alam, bahkan beliau sendiri rahmat bagi seluruh alam. Lewat kehadiran beliau, kita bisa mendulang hidup yang berkah. Rasulullah sendiri rahmat yang diutus oleh Allah ke alam dunia, karena itu berbahagialah atas diutusnya Rasulullah SAW. Kehadiran beliau menjadi kran tersalurnya rahmat Allah yang begitu melimpah. “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari harta yang mereka kumpulkan”. [QS. Yunus: 58].

Kita begitu bergembira mendapatkan harta, bergembira mendapatkan kedudukan yang bergengsi, dan bergembira mendapatkan anugerah anak. Harusnya kita lebih bergembira dengan anugerah di atas anugerah yang diberikan oleh Allah SWT, berupa diutusnya Rasulullah SAW di alam dunia ini. Bergembira atas kehadiran Rasulullah tercermin dari rasa cinta yang dilandasi rasa suka cita dan ketulusan. Kita perlu menunjukkan kecintaan kita pada Rasulullah SAW setiap saat, terlebih di bulan Maulid, momen dimana Nabi Agung SAW itu dilahirkan. Rasulullah adalah Kekasih Allah SWT, dan agar kita pun terhimpun dalam majelis kekasih Allah, baiknya kita menjadi kekasih Rasulullah SAW, dengan mencintai beliau SAW.

Dalam suatu kesempatan hendak shalat berjemaah, dan beliau SAW sudah hendak bertakbir seorang badui menerobos dari belakang, da menjawil Rasullullah, sembari bertanya, “Kapan hari kiamat itu?” Rasulullah SAW mengisyaratkan untuk sholat terlebih dahulu sembari tersenyum. Usai shalat berjamaah, Rasulullah pun menjawab dengan bertanya balik, “Kamu bertanya, kapan hari kiamat, apa yang sudah kamu persiapkan untuk itu?””Saya tidak punya persiapan dan bekal apa-apa, tetapi saya sangat mencintaimu ya Rasulallah,” tutur badui. Maka Rasulullah SAW pun berkata “Seorang dikumpulkan bersama dengan orang yang dicintai.” Sontak saat itu seluruh sahabat bergembira ria, ada yang menari-nari, bahkan Sayyidina Abu Bakar pun sampai di rumah dengan begitu bergembira. Sejak itu para sahabat merumuskan “hubbun nabi, khairuz zadzi,” cinta pada Nabi SAW adalah sebaik-baik bekal.

Bahkan pertanda orang beriman pada Allah adalah mencintai Rasulullah SAW, sabda Nabi SAW. “Tidak sempurna iman salah satu kamu sekalian hingga Aku lebih dicintai dari pada ayahnya, anaknya dan seluruh manusia,” Sayyidina Umar r.a berkata. “Ya Rasulallah, engkau adalah orang yang paling aku cintai melebihi siapapun, kecuali diriku sendiri. “Belum sempurna imanmu hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri,”kata Rasulullah SAW “Sekarang ya Rasulallah, engkau adalah yang paling aku cintai melebihi siapapun termasuk diriku sendiri. “Sekarang sempurnalah imanmu,” Kata Nabi SAW.

Perlu diketahui saudaraku, kita memang tidak memiliki bekal apa-apa untuk masuk surga apalagi bertemu Allah SWT. Di tataran ibadah, kita kalah pada para sahabat yang dahulu masuk Islam, tabi’it-tabi’in dan para wali, bisa jadi shalat kita masih penuh cecat, sedakah kita masih disertai perasaan riya’, haji kita belum benar-benar sempurna. Di tataran ilmu, ilmu kita amatlah sedikit ketimbang para imamul mujtahidin dan ulama’ salafus saleh yang begitu genius, dan bisa melahirkan beragam kitab. Pendek kata, di tataran ilmu dan amal kita tidak punya apa-apa, bagaimana kita bisa merapat pada saf pertama dari ahli surga. Meski demikian, sesungguhnya ada lompatan untuk mencapai surga itu adalah dengan mencintai Rasulullah SAW. Karena siapapun yang mencintai Rasulullah, akan dikumpulkan dengan Rasulullah SAW. Cintailah Rasulullah SAW, dan kebahagiaan hidup pun bakal terus mengalir di hati kita. Wallahu A’lam bis Showaab.

1 komentar:

  1. Rasulullah adalah manusia biasa tapi beliau tidak sama dengan manusia biasa. lanjutkan ........

    BalasHapus