Rabu, 04 Maret 2009

IZINKAN AKU MEMUJIMU




Lawlaaka lawlaaka ma kholaqtu aflaaka, “Kalau tidak karenamu (Muhammad), Aku tidak menciptakan alam dunia ini.” Demikian saya temukan hadis Qudsi ini di sampul belakang kitab Risalatul Mu’awanah, karya Syaikh Abdullah bin ‘Alawi bin Muhammad al-Haddad R.hum. Nabi Muhammad SAW adalah tujuan dari penciptaan semesta. Kita bisa mereguk kenikmatan dunia ini, karena adanya Rasulullah SAW. Harusnya kita memuji sang junjungan tersebut di hadapan Allah SWT, betapa beliau SAW hadir ke dunia dengan membawa rahmat ke seluruh lekuk alam semesta. Rasulullah SAW sebagai kenikmatan yang menyusup ke seluruh pori-pori kehidupan ini.

Mengapa Rasulullah disebut sebagai rahmat bagi seluruh alam? “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. [QS. Al-Anbiya: 107]” Karena Rasulullah SAW, selain menerangi kegelapan jahiliah, dan lewat beliau pula alam ini diciptakan oleh Allah. Kalau boleh dikatakan, melalui rahim Nabi SAW alam ini dilahirkan. Memang Allah menghadirkan Nabi sebagai rahmat bagi seluruh alam. Kalau kita menganggap seluruh kenikmatan yang kita peroleh begitu penting, harusnya kita menganggap Rasulullah SAW sebagai kenikmatan di atas kenikmatan justru menjadi super penting. Karena lewat Rasulullah SAW kita bisa mencerap berpundi-pundi kenikmatan di alam ini. Kalau Rasulullah sendiri sebagai kenikmatan, apakah kita menjadi bakhil untuk mengungkapkan syukur pada Rasulullah SAW sebagai tanda bersyukur pada Allah SWT. Siapa yang meninggalkan memuji Rasulullah SAW, sama halnya dia tidak pandai bersyukur pada Allah SWT. Mengapa demikian? Rasulullah bersabda, “Siapa yang tidak bersyukur pada manusia, berarti tidak bersyukur pada Allah, siapa yang tidak bersyukur pada yang sedikit, niscaya dia tidak bersyukur pada yang banyak”

Nabi Muhammad memang pantas dipuji. Teliti saja makna dibalik gelar “ahmad, muhammad, dan mahmud” pujian, yang memuji, dan terpuji menyatu pada Nabi Muhammad SAw. Allah telah menganugerahi nama Muhammad pada Rasulullah SAW, itu penanda bahwa Rasulullah makhluk yang terpuji. Dan sungguh kalau dalam hati Anda ada kejujuran, niscaya Anda bakal terus mengalunkan pujian pada Rasulullah SAW. Allah saja begitu serius memuji Nabi Muhammad SAW, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” [QS. Al-Qalam: 4]. Kalau Allah saja memuji Rasulullah SAW, apalagi kita sebagai umat Nabi Muhammad, harusnya lebih gembira dalam memuji beliau SAW. Walau demikian, pujian kita pada Rasulullah Saw tidak bakal bisa melampaui pujian Allah pada beliau Saw. Karena itu, teruslah puji Rasulullah, dan Anda pun mendapatkan pancaran cahaya dari Rasulullah SAW. Ketika orang telah begitu fokus memuji Rasulullah SAW, maka dia bakal selalu terserap dalam oase kebahagiaan dalam kerinduan bersama Rasulullah SAW.

Rasulullah adalah sosok paripurna yang telah menyatu dengan pujian. Dan andaikan ada orang mencela beliau Saw, niscaya tidak bakal mengurangi kedudukan beliau di hadapan Allah yang amat terpuji. Pun demikian, ketika Anda memuji Rasulullah SAW tidak bakal menambah kedudukan Rasulullah SAW, bahkan hanya orang yang telah berselawat dan memuji Rasulullah Saw dengan penuh kerinduan yang insya Allah bakal memeroleh pantulan kebahagiaan. Ketika kita mempersembahkan satu shalawat pada Nabi Saw, maka kita mendapatkan pahala 10 shalawat dari Allah SWT. Rasulullah Saw bersabda,” Barangsiapa yang bershalawat padaku satu shalawat, maka Allah menganugerahi shalawat padanya 10 shalawat dan menghapus baginya sepuluh kesalahan.” (Kitab Tanbihul Ghafilin, Bab keutamaan shalawat pada Nabi Saw).

Kalau demikian amatlah dianjurkan memuji Rasulullah Saw terus-menerus, hingga Allah pun bahagia dengan pujian tersebut. Ingatlah saudaraku, tidak ada dibalik pujian kecuali syukur. Tidak ada syukur kecuali karena merasa adanya kenikmatan. Dan tak ada kenikmatan yang lebih besar ketimbang Rasulullah SAW. Ketika kita bisa menempati rumah baru, kita mengadakan syukuran sebagai wujud kebahagiaan kita, dengan mengundang tetangga kanan kiri. Kalau diberi anugerah pasangan, kita sontak mengucapkan syukur. Jika petani bisa panen raya, dia bersyukur penuh kegirangan. Andaikan hanya dengan rona kehidupan duniawi itu saja kita harus bersyukur apalagi soal ruhani, apakah kita tidak mau bersyukur? Rasulullah SAW adalah washilah sampainya sinaran hidayah ke dalam dada kita. Dan iman adalah kenikmatan yang amat agung daripada yang lainnya. Bahkan tanpa iman seluruh kenikmatan ini menjadi hambar. Andaikan iman itu kenikmatan dan perlu disyukuri, maka sosok yang telah menjadi jalan sampainya hidayah iman pada kita juga menjadi kenikmatan yang perlu disyukuri. Lebih dari itu, Rasulullah SAW tidak sebatas mengantarkan risalah pada kita, tetapi Rasulullah SAW pula yang bakal membimbing kita untuk merasakan kedekatan dengan Allah SWT.

Begitu besarnya jasa baginda Rasulullah SAW pada kita, maka seluruh pujian dan shalawat yang kita haturkan tidak cukup untuk membalas jasa baiknya. Kita saja tidak bisa membalas jasa ibu kandung yang telah memelihara kita sejak janin hingga dewasa apalagi membalas jasa Rasulullah SAW yang begitu besar. Ibu hanya mewarisi perihal jasmani, sementara Rasulullah SAW telah mewarisi pundit-pundi ruhani ke dalam hati kita. Ibu mengantarkan kita ke dunia yang fana ini, sementara Rasulullah Saw mengajak kita untuk kembali pada Allah SWT, tujuan dari segala tujuan yang dicari semua makhluk. Sebagai tanda syukur kita pada Rasulullah Saw, maka berusahalah untuk memuji Rasulullah Saw terus-menerus, hingga hati kita terus membuncah dengan kerinduan agung yang tak terperikan pada Rasullah SAW. Kita rindu pada Rasulullah SAW, dan puncak kerinduan itu akan terasa hingga kita sampai pada realisasi sabda Rasulullah SAW, “al-maru ma’a man ahabbahu” “Orang bersama dengan orang yang dicintai.” Ana Uhibbuka Ya Rasulallah, Ana A’syiqu ya Rasuul.


Khalili Anwar, penutur dari jalan cahaya

1 komentar:

  1. Sabda Rasulullah SAW:
    Orang-orang yang sangat beruntung di hari kiyamat adalah mereka yang memperbanyak sholawat atasku.

    Nyanyian kegembiraan para sahabat RA:
    Cinta kepada Nabi SAW adalah sebaik-baik bekal untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat

    BalasHapus