Senin, 16 Februari 2009

ANDA GAMPANG DIBENTUK DENGAN BERSERAH DIRI



Ketika saya masih bermukim di pesantren, menemukan suasana kaderisasi yang begitu elegan dan produktif. Saya temukan pola kaderisasi itu di perpustakaan yang begitu serius menggembleng santri menjadi intelektual yang terdidik dengan target menjadi penulis dan pembicara yang bisa menularkan semangat. Setiap senior bertanggung jawab untuk melahirkan generasi yang bisa mewariskan skill dan keterampilan menulis dan berbicara itu pada yunior. Kesuksesan senior sepadan dengan kehandalan kader-kadernya dalam berbicara dan menulis. Ketika kader masuk ke komunitas perpustakaan itu tidak apa-apa, tidak menjadi soal. Terpenting dia memiliki semangat untuk belajar, dan juga mau melebur dan berserah diri pada senior. Saat anak itu berserah diri pada senior, justru senior bakal membimbing dengan serius, dan menularkan sedikit per sedikit skill tersebut pada kadernya. Dia tidak hanya mewariskan skill tetapi mental keteguhan dan kegigihan yang perlu ditiru untuk bisa menjadi penulis dan pembicara yang handal. Si yunior selalu mengikuti petunjuk dan beberapa tugas yang dipraktikan oleh senior. Saat masuk bulan Ramadlan, pesantren libur, si senior meminta yunior untuk tetap bermukim di pesantren agar bisa fokus melatih keterampilan tersebut. Si senior memberikan tugas pada yunior untuk membuat makalah yang menjadi kecenderungan si yunior. Tentu saja senior tidak hanya sekadar menyuruh, tetapi dia pun menjadi model dengan melakukan sesuatu yang lebih berat untuk dilakukan, yakni menerjemah sebuah kitab. Si yunior tidak dididik dan disemangati hanya dengan kata-kata, tetapi dimotivasi dengan tindakan nyata yang ditunjukkan oleh senior.

Senior memberi petunjuk dan model, sementara yunior berserah diri mengikuti apapun yang diperintahkan si senior. Kegiatan it uterus berlangsung dengan baik, hingga kemampuan menulis dan membaca pun menjadi terasah. Hasilnya luar biasa, dari generasi ke generasi makin banyak santri yang mendapatkan prestasi dalam menulis, bahkan ada yang pernah meraih juara LKTI tingkat Nasional. Kuncinya, berserah diri pada senior, niscaya senior pun bakal melepaskan dan mewariskan seluruh pengetahuan dan skill yang dimiliki pada si yunior.


Dari ilustrasi di atas, kita bisa mengambil pelajaran, bahwa ketika kita berserah diri pada Allah, niscaya Allah akan membentuk kita sesuai dengan keridhaan Allah SWT. Ketika kita bisa berserah diri seperti halnya tanah, niscaya jiwa kita akan dipancari dengan cahaya Ilahi. Yang memang kita dari tanah, kalau kita merasa sebagai tanah, maka rendahkanlah diri di hadapan Allah dengan berserah diri, niscaya Allah akan menyampaikan kita pada keagungannya. Bukankah kemuliaan itu berada dibalik merendahkan diri? Ketika kita berserah diri pada Allah, maka Allah pun cukup untuk dijadikan tempat berserah diri. Ketika berserah diri, kita bakal dirancang, dicetak, dan dipoles dengan sifat-sifat Allah Yang Agung dan Mulia. Tak aneh, kalau banyak orang yang mendapatkan kemuliaan dan keabadian hidup, berkat rasa berserah dirinya yang begitu mengakar pada Allah SWT.


Serahkanlah setiap apa yang melekat pada diri kita pada Allah, tak terkecuali diri kita sendiri. Ketika kita berani menyerahkan kekayaan kita pada Kemahakayaan Allah dengan merasakan kefakiran di hadapanNya, niscaya kita bakal menyatu dengan Yang Maha Kaya, Al-Ghaniy. Ketika kita berani menyerahkan ilmu kita pada Kemahatahuan Allah disertai merasakan kebodohan di hadapanNya, niscaya kita bakal menyatu dengan Pengetahuan Yang Maha Luas. Ketika kita menyerahkan kekuatan kita disertai perasaan lemah di hadapanNya, niscaya kita bakal menyatu dengan Kekuasaan Allah Yang tak terbatas. Dan ketika kita menyerahkan hidup kita pada Hayah Allah disertai perasaan tidak ada kecuali Keberadaan Allah, niscaya Anda akan mendapatkan hidup yang abadi. Berserahlah dirilah pada Allah, niscaya Dia bakal memberikan yang terbaik bagi Anda. Orang berserah diri tidak pernah menyandarkan dirinya pada pikiran dan dirinya sendiri, seluruhnya disandarkan pada Allah SWT. Dia tidak pernah mengeluh dengan apa yang terjadi hari ini, tidak pernah cemas dengan keadaan yang akan datang, dan juga tidak sedih dengan apa yang telah lewat. Dia meyakini semuanya hanya patut diserahkan pada Allah SWT.


Ketika kita sudah berani berserah diri pada Allah, niscaya Allah akan mendaur ulang jiwa Allah, hingga benar-benar layak untuk menampung hikmah dan pelajaran agung dari Allah SWT.



Khalili Anwar, Penutur dari Jalan Cahaya

1 komentar: