Rabu, 25 Februari 2009

INDAH DI DALAM, INDAH DI LUAR

Tatkala membincangkan keindahan, pikiran kita langsung tertuju pada bunga mawar, keindahan gunung-gunung yang berdiri gagah, keanggunan purnama malam, gemiricik air sungai yang diselingi nyanyian indah burung-burung, atau tertuju pada wajah berparas cantik yang menawan hati. Keindahan itu sebagai khazanah yang dimiliki oleh Allah SWT. Walau pun keindahan itu menghiasi sekeliling Anda, belum tentu keindahan itu menyusup dan meresap ke dalam hati Anda. Buktinya, tak jarang diantara kita berada di tempat wisata yang eksotis, tetapi kesadaran kita tertuju dengan polemik rumah tangga, memikirkan soal hutang yang membelit kita , atau memikirkan cercaan orang yang ditujukan pada kita. Saat pikiran kita terus fokus pada sisi negatif dan turun ke dalam hati dalam bentuk perasaan negatif, maka justru keindahan alam wisata yang kita kunjungi tidak berasa bagi kita. Ingatlah, ketika pikiran kita telah diserang oleh pandangan negatif, maka segala sesuatu menjadi negatif bagi kita. Melihat bunga mawar, pandangan kita hanya tertuju pada durinya, saat melihat gunung pandangan kita hanya tertuju pada batu cadas yang menakutkan, melihat purnama malam yang terbetik hanya pandangan kosong yang melayangkan khayal pada masa lalu yang buruk, gemiricik air sungai hanya mengulang kepedihan masa lalu, dan begitu seterusnya.

Keindahan itu bermula dari dalam hati kita. Karena keindahan itu dipersepsi oleh pikiran yang berangkat dari hati yang jernih. Bila hati orang telah dibalut dengan keindahan, maka seluruh keadaan menjadi indah baginya. Dia selalu berhasil menangkap keindahan dibalik setiap keadaan dan kejadian yang berlangsung di hadapannya. Manakala melihat orang-orang memikul keranda kematian, dia bisa menemukan keindahan, dengan persepsi bahwa kematian itu sebuah momen yang bakal dialami setiap insan. Saat itu, dia mengingat mati. Dan bukankah ketika orang ingat mati, dia bakal ingat pada Allah. Saat ingat Allah, maka keindahan itu yang tergambar di hati kita. Maka menjadi indah, karena dia merasa bahwa kematian itu pintu awal perjumpaannya dengan Allah SWT. Saat melihat seorang ibu yang sedang mengandung , dia bisa menemukan keindahan, karena bisa belajar pada kesabaran pada si ibu dalam menanggung beban yang makin hari makin membesar. Bukankah dibalik kesabaran ada keindahan? Ada pameo yang berkata, “sabar itu indah.”


Bila hati kita sudah bersih dan indah, maka segala sesuatu yang dialami kita akan terasa indah bagi kita. Karena yang menjadikan indah bukan keadaan di luar, tetapi yang indah adalah tempat mengendapnya rasa ‘indah’ itu, yakni hati. Karena itu, kita harus berusaha untuk memperindah hati ini terus-menerus, jauhkan dari segala perbuatan yang merusak keindahan hati kita. Apa saja yang merusak keindahan hati ini? Ya, keindahan hati bakal mudah rusak dengan riya’, dengki, dan sombong. Tidak ada keindahan di hati orang yang riya’, dengki, dan sombong. Hati kita bakal terus merasakan keindahan, manakala merasa selalu bersama Allah, hingga timbul sikap rendah hati, ikhlas, zuhud, dan berserah diri. Berusahalah memperindah hati terus-menerus, agar segala sesuatu menjadi indah adanya bagi kita. Inilah sebenarnya makna dari firman Allah yang disabdakan Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Aku sesuai dengan prasangka hambaKu tentang Aku, jika dia berprasangka baik, maka baiklah, jika berprasangka buruk maka keburukan pula yang bakal diperoleh.”


Agar Anda selalu bisa mendapatkan keindahan setiap saat, maka dambakan keindahan di dalam hati Anda. Hati Anda magnit terciptanya keindahan di luar.

2 komentar:

  1. Setelah membaca tulisan ini saya ini, saya jadi teringat betapa manusia secara fitrah selalu ingin berekreasi, berlibur atau apapun istilahnya. Sepertinya dengan cara itu manusia ingin mengembalikan keindahan ke dalam hatinya, agar kemudian dirinya dapat merespon segala yang dihadapinya dengan persepsi keindahan pula. Tidak peduli dia dari etnis apa pun beragama apa pun atau bahkan ber IQ berapa pun. Semua sama. Bila rasa bosan telah menderanya, maka semua keindahan yang dihadapinya lenyap. Ini pertanda bahwa di dalam dirinya pun telah kering dari keindahan. Karenanya dia memerlukan stimulus untuk dapat membasahi kembali dirinya dengan keindahan. Inilah makna "REKREASI" = RECREATION.

    BalasHapus
  2. Bismillah,
    Mengingat tentang keindahan, maka ada yang namanya keindahan Mahluk dan Keindahan Khalik. Keindahan Khalik adalah bab yang rumit tapi sederhana, Sedangkan keindahan Mahluk adalah Sederhana walaupun rumit juga pada awalnya. Kedua duanya adalah sebab, lantaran, jalan, yang bila ditempuh akan bisa mendekatkan diri pada penghambaan pada Allah.
    Yang Mendapat karunia untuk bisa Memandang "Wajah" Pencipta-Nya akan mudah memandang "Wajah" Nya, dan karena "bakat" itu ada karena Pemberian Nya, maka kita hanya bisa berharap kepada Allah agar Allah memberikan Karunia itu. Dan itu diluar kekuasaan kita.
    Selanjutnya kemudian ada pendekatan lain yang lebih sederhana yaitu keindahan Mahluk. Alam yang sudah indah ini, akan lebih indah jika kita tahu betapa rendah hatinya alam ini. Semakin dalam pengetahuan kita akan alam, semakin indah alam menampakkan diri. Garis besarnya adalah sebagai berikut: Diambil beberapa Ilmu eksak maupun sosial untuk menelaah suatu gejala, dan biasanya dari gejala gejala itu ada yang namanya keteraturan atau ketidakteraturan yang berpola. Seakan alam itu berkata kepada kita, bahwa inilah yang dikehendaki, inilah yang efisien, inilah yang lebih baik, inilah tujuannya, dst. Pola2 seperti ini bila diterapkan di dunia industri akan menghasilkan barang yang berguna. selain diwujudkan di dunia "kasar" ini, maka alam memberitahu kita bahwa sebaiknya Hal itu juga diterapkan di wujud "halus" kita , jika kita ingin lebih baik, lebih efisien, yakni seharusnya kita ini berpola tertentu, yaitu berlaku kebaikan. Sampai disini, ini namanya Akhlak. Kenapa begitu? Karena Allah mewajibkan kita berbuat baik atas segala sesuatu. Lewat Mahluk kita bisa memenuhi kewajiban itu, sehingga akan "tampak" bahwa yang kita "tuju" adalah pemenuhan perintah dan Ridho Allah, dan akan "nampak" bahwa hanya Allah lah yang ada dibalik itu semua, dan pada ujungnya hanya Allah lah alasan kita berbuat, walaupun kita tidak bisa "melihat" Nya. (Allahua'lamu bisshowab, astaghfirullahalAdhim. LAhaula wa La Quwwata Illa Billah)

    BalasHapus