Minggu, 22 Februari 2009

PUTUS ASA MEMATIKAN RUHANI


Kita bakal terus bergerak karena ada harapan. Tanpa adanya harapan orang tidak bakal bergerak dan melakukan langkah-langkah genius dan spektakuler. Ya, hanya karena ada impian yang terpendam dalam hati, maka manusia bakal selalu berusaha menerjang setiap tantangan yang menghadang dirinya. Harapan-harapan ini bakal terus menyala, manakala manusia telah diliputi oleh keyakinan yang kukuh pada Allah SWT. Jika harapan disandarkan pada kekuatan diri sendiri, niscaya manusia akan selalu letih, karena diri kita bisa mengukur kekuatan kita sendiri. Andaikan kita mengukur harapan dengan kekuatan kita, justru kita menjadi pesimis. Karena harapan kita tak terbatas, sementara kemampuan kita amatlah terbatas. Lebih dari itu, kuasa kita untuk menjadikan harapan sebagai kenyataan tidak absolute. Kita hanya memiliki hak untuk berharap dan merencanakan harapan itu, tetapi manusia tidak bisa memastikan harapan menjadi kenyataan. Antara harapan dan kenyataan itu ada sebuah proses yang perlu ditempuh. Dan dalam proses itu ada kehendak Allah yang tak terbatas.

Betapa banyak orang yang dipandang elit terkapar dalam keputusasaan karena dia tidak bisa menuntaskan masalah pelik yang dihadapi. Anak raja kapal Onassis, mati bunuh diri. Ada pengusaha kawakan yang menerjunkan diri tanpa perasut dari sebuah gedung hotel berbintang lima, dan seketika tewas di tempat. Ada ilmuwan yang mati bunuh diri. Dan tak sedikit kita menemukan orang-orang yang mengalami sukses secara duniawi, di tataran pengetahuan, kekayaan materi, dan kedudukan kadang terpenjara dalam keputusasaan. Ingatlah saudaraku, andaikan putus asa telah memasuki hati kita, berarti keimanan kita telah pupus, dan kita terus diombang-ambing oleh keadaan. Tidak lagi menemukan tempat berteduh sejati, tidak menemukan pengungsian yang aman, tidak menemukan penyejuk hati. Orang-orang putus asa, pasti orang yang tidak memiliki keyakinan atau tidak meyakini atas kekuasaan Allah. Mereka hanya percaya atas apa yang ada dalam pikirannya. Andaikan tidak mungkin menurut pikirannya, ya tidak mungkin dalam realisasi.


Andaikan orang telah terjerembab dalam rasa putus asa, maka tidak akan mengalami pertumbuhan apapun. Karena putus asa berarti telah memutus rahmat Allah mengalir padanya. Pun dia memandang bahwa rahmat Tuhan dengan pikirannya yang amat sempit dan dangkal. Padahal rahmat Allah itu amatlah luas dan tidak akan pernah habis. Dan memang hanya orang-orang yang tersesat yang putus asa dengan rahmat Allah SWT. Mengapa orang bisa jatuh dalam putus asa? Orang putus asa karena selalu menggantungkan dirinya pada selain Allah SWT. Yakinilah, selain Allah tidak bisa memberikan kepuasan, bahkan tidak mutlak bisa memberikan kebahagiaan dalam hidup kita. Seluruh anugerah yang diperoleh kita semata-mata bentuk pengejawantahan dari rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Dan kalau orang menyandarkan hidupnya pada Allah, niscaya dia bakal bisa melihat, mengalami, bahkan menghayati berbagai kekuasaan Allah yang hilir mudik dalam bentuk peristiwa dan kejadian yang menjelma. Bagaimana Allah dengan kekuasaanNya menjadikan orang memiliki kekayan dalam waktu singkat, tetapi disisi lain ada orang yang jatuh bangkrut dalam tempo amat singkat pula.


Ingatlah saudaraku, putus asa sebagai bentuk dosa besar, karena dalam keputusasaan tidak ada sisa iman sedikit pun yang melekat. Terputusnya iman menandakan terputusnya hubungan ruhani dengan Allah SWT, seperti terputusnya ruh dari tubuh diawali dengan tercabutnya nafas. Ketika putus asa telah membelit diri manusia, dia tidak bakal menemukan keterangan dan pelajaran agung dari setiap peristiwa dan kejadian yang menjelma dalam kehidupannya. Janganlah putus asa saudaraku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar