Minggu, 08 Februari 2009

TIDAK PERCAYA DIRI, BERARTI TIDAK RIDHA

Adalah seorang muda yang melulu dirundung sedih dengan kondisi fisiknya yang kurang sempurna. Dia tidak bisa berjalan dengan baik, alias pincang. Melihat keadaan fisiknya yang tidak sempurna seperti orang lain, dia tidak sebatas sedih, bahkan menjadi pesimis, seakan masa depan tidak berpihak padanya. Rasa ciut, kurang percaya diri terus menggerogoti jiwanya, hingga dia terhalang untuk mengoptimasi anugerah potensi yang diberikan Allah padanya. Suatu kali, dia mendengarkan radio yang membahas tentang sikap ridha. Dia mendengarkan seksama uraian jernih dari seorang ustadz melalui radio tersebut. Si ustadz menguatkan hatinya agar tetap ridha pada Allah, karena ketika dia tidak ridha, maka sisi kelemahan itu akan menjadi penutup potensi hebat yang terpendam dalam dirinya. Padahal dibalik sisi ketidaksempurnaan itu tersimpan potensi sempurna yang telah dititipkan Allah dalam dirinya.
Sehabis mendengarkan radio tersebut, seakan ada cahaya yang mengantarkan kesadaran yang indah bagi dirinya. Dia menyadari bahwa jika dia terus menangisi keadaan fisiknya yang tidak sempurna, tentu saja tidak bisa mengubah kenyataan. Lebih dari itu, dia tidak bisa mengukir makna indah dalam hidupnya. Mungkinkah hidup yang sekali-kali ini hanya diisi oleh kesedihan, rasa jengkel, dan sikap menggerutu yang tak bakal banyak mengubah keadaan? Baiknya dia tidak melihat sisi kelemahan itu, tetapi mencari sisi lain yang bisa menjadi pengungkit potensinya dengan dahsyat. Karena itu, ia akhirnya menyadari bahwa hidup ini tidak boleh diratapi, tetapi harus dijalani dan diisi dengan perjuangan yang bisa menghadirkan makna di hadapan Allah SWT. Tentu dia tidak terseret lagi untuk memainkan pikirannya dari sisi kelemahannya, tetapi bagaimana pikirannya bisa mendeteksi sisi potensi inti yang melekat pada dirinya. Dia pun ikut kursus menjahit di Pasuruan, ternyata dia bisa menjahit. Akhirnya dia pun makin percaya diri, bahwa dirinya memiliki kelebihan yang bisa terus diasah. Dan saat ini, dia tetap menekuni dunia konveksi ini. Semoga Allah memberkati hidupnya.
Kita kurang percaya diri berawal sikap tidak ridha menyeruak dari hati kita. Ketahuilah bahwa semua yang dirasakan dan dialami oleh kita sebagai anugerah yang datang dari Allah. Dan yakinilah setiap anugerah Allah adalah baik, hanya saja orang kadang tidak bisa melihat sisi kebaikan dari apa yang dianugerahkan oleh Allah padanya, sehingga dia terus tersudut dalam penderitaan dan kurang percaya diri. Ada anak muda kurang percaya diri, karena hidungnya menjorok kedalam, bibirnya sumbing, wajahnya hitam gelap, badan yang gemuk, fisiknya terlalu pendek, fisiknya terlalu tinggi, dan sebagainya. Ada juga yang tidak percaya diri, karena tidak memiliki aksesoris duniawi. Tidak percaya diri karena tidak memiliki HP seperti yang dimiliki teman-temannya. Bagi orang yang sudah berkeluarga, merasa ciut pada teman-teman di kantor, dan setelah diteliti dari semua kolega yang ada di perusahaannya, hanya dia saja yang tidak memiliki rumah. Dia pun tidak percaya diri. Atau seorang gadis tua, merasa kurang percaya diri, karena belum ada seorang pun yang berani melamarnya, sementara teman-teman sebayanya telah melampauinya dan hidup sakinah dengan seorang suami. Kurang percaya diri, karena terus diberondong kemiskinan, sementara tetangganya hidup dalam keadaan megah dan kaya. Ketika kenyataan-kenyataan itu dihadapkan pada hawa nafsu dan pikiran yang dangkal sungguh amat menyakitkan. Makin sakit hati dan kurang percaya diri, ketika kita terseret untuk membanding-bandingkan diri kita dengan kelebihan orang lain. Akar dari kurang percaya diri sejatinya adalah karena manusia tidak ridha pada apa yang dianugerahkan Allah padanya. Dan ketahuilah orang yang tidak percaya diri, hanya bisa melihat sisi kegelapan yang melekat pada dirinya, dan tidak menemukan cahaya potensi yang terpendam indah dalam dirinya.
Sikap ridha menjadi amat penting untuk meluaskan hati kita. Saat hati telah meluas dan lapang, niscaya kita akan menemukan aneka mutiara yang bermukim dalam diri kita. Sikap ridha akan melahirkan ridha Allah. Sabda Nabi, “Siapa yang ridha pada Allah, maka baginya keridhaan (Allah).” Manakala orang ridha dengan anugerah yang diberikan oleh padanya, niscaya Allah pun ridha padanya. Ketika Allah ridha, maka Allah akan selalu menolongnya untuk mencapai impian yang diharapkan. Bukankah Allah amat dekat pada orang yang ridha dengan apapun yang datang dariNya? Sadarilah saudaraku, bahwa apapun yang diberikan Allah pada kita pasti itulah yang terbaik untuk kita. Karena Allah Maha Mengetahui rahasia dari setiap hamba-hambaNya. Berbaik sangkalah pada Allah terus-menerus, niscaya Allah akan selalu menunjukkan sisi kebaikan dalam hidupmu. Bisa jadi dari suatu yang dipandang yang buruk menurut kita, ternyata tersimpan keindahan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Ada yang hidup dalam keadaan miskin, karena itu ia hanya bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti makan, pakaian, dan tempat tinggal. Dia tidak terpikir sedikit pun untuk dugem, berwisata ke tempat eksotis, menonton film di bioskop dan sebagainya. Yakinilah, keadaan ini suatu yang terbaik dari Allah, bisa jadi jika kita diberi kekayaan sedikit yang membuat kita bisa memenuhi kebutuhan sekunder, bahkan memenuhi keinginan hawa nafsu, betapa kita pun bakal berada dalam derita. Terpenting, sekarang carilah hikmah dari setiap keadaan yang selama ini membuat kita tidak percaya diri, hingga kita bisa berubah untuk bersikap ridha pada Allah. Saat orang telah ridha dengan ketentuan Allah, maka dia bakal selalu dalam keadaan bahagia. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw, “Sesungguhnya Allah dengan keadilannya menjadikan kebahagiaan dan kegembiraan dengan ridha dan yakin, dan Allah menjadikan kesedihan dan kekhawatiran dalam kesalahan dan sikap ragu.”
Semoga kita bisa menghiasi keadaan diri kita dengan sikap ridha, sebagai tanda beriman pada ketentuan Allah, dan Allah pasti memberikan yang terbaik pada setiap hamba-hambaNya, karena Allah Maha Baik. Berprasangkalah Anda pada Allah dengan prasangka yang baik, niscaya Allah akan memberikan kebaikan. Sesuai sabda Rasulullah SAW, Allah berfirman. “Aku sesuai prasangka hambaKU tentang Aku, jika (berprasangka) baik, maka kebaikan pula yang bakal didapatkan, jika (berprasangka) buruk, maka keburukan pula yang bakal diperoleh.”
Khalili Anwar, Penutur dari Jalan Hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar