Sabtu, 07 Februari 2009

KONEKSI SPIRITUAL

Mungkin Anda tertegun dengan kata koneksi diatas yang dipadukan dengan kata spiritual. Karena makin maraknya spiritualitas yang dibisniskan, hingga kata koneksi spiritual bisa-bisa dikaitkan dengan soal bisnis. Ada sebagian saudara kita bilang dengan kata yang ringan dan lumrah, “ah sekarang untuk memeroleh pekerjaan tidak cukup dengan keterampilan, tetapi juga butuh koneksi!” Ada juga yang bertutur, “Agar bisnis kita tambah maju, kita kudu banyak koneksi. Makin luas koneksi makin besar profit yang dicapai.” Kalau begitu bisakah koneksi dikombinasikan dengan spiritual? Ya bisa saja. Apa kata koneksi harus dikait-kaitkan dengan hal duniawi saja? Kalau untuk mencapai keuntungan duniawi saja kita memerlukan koneksi, apalagi mencapai kedigdayaan spiritual, niscaya koneksi lebih dibutuhkan. Walau demikian, janganlah spiritual dijadikan ajang untuk berbisnis. Karena spiritual sendiri bersifat immateri. Bolehlah ada spiritualisasi materi, tapi bukan materialisasi spiritual.
Koneksi adalah jaringan (washilah) yang berperan menyambungkan kita dengan pusat tujuan kita. Dalam tataran spiritual, Allah sebagai tujuan utama. Kita tidak bisa berjalan sendiri untuk meraih kebersamaan dan kedekatan dengan Allah, tanpa dibantu oleh koneksi sekaligus konektor yang menghubungkan kita dengan Allah SWT. Siapa konektor spiritual? Koneksi spiritual yang bakal mengantarkan kita mengenal Allah adalah Rasulullah Muhammad SAW. Beliau Saw adalah pintu yang mengantarkan kedekatan dengan Allah SWT. Tanpa Rasulullah SAW kita tidak bakal mengenal Allah SWT, karena tidak mungkin orang masuk rumah tanpa harus melewati pintu yang telah tersedia.
Walau pun Rasulullah SAW telah mendahului kita, kita harus tetap memperteguh koneksi dengan Rasulullah SAW dengan jalan mencari figur berkarakter yang bisa mengantarkan kita mengenal Rasulullah SAW. Rasulullah SAW dalam tataran ilmu ma’rifat adalah sebagai rumah, dan Imam Ali KW sebagai pintunya. Sabda Rasulullah Saw, “Saya adalah rumah hikmah, dan Ali adalah pintunya” (HR. Tirmidzi). Murid spiritual yang dekat secara keilmuan dengan Rasulullah Saw adalah Imam Ali KW, dan dilanjutkan oleh guru yang secara keilmuan tersambung pada Imam Ali KW hingga Rasulullah SAW. Lebih bagus lagi, kalau kita mencari koneksi yang tidak hanya memiliki koneksi ilmu spiritual dengan Rasulullah SAW tetapi juga terikat dalam hubungan nasab dengan Rasulullah SAW yakni dari kalangan ahlul bait (keluarga Nabi). Bersyukurlah Anda, jika telah menemukan seorang guru dari kalangan ahlul bait, insya Allah dia bakal mengantarkan Anda untuk ma’rifat pada Allah SWT lewat ma’rifat pada Rasulullah SAW.
Di saat maraknya menu spiritual yang terhidang di zaman ini, kita harus hati-hati mencari konektor, yakni guru. Salah mencari konektor, maka alih-alih kita ma’rifat pada Allah, malahan kita bakal terpuruk dalam kegelapan ruhani. Sehingga gagal merasakan kelezatan spiritual berupa kedekatan dengan Allah SWT. Sekarang yang penting bukan mendapatkan ilmu, tetapi meraih cahaya ilmu yang membuat kita makin mengenal Allah sehingga bisa mencintaiNya tanpa syarat dan tanpa batas.

1 komentar:

  1. Bravo, tapi mana nama "Penutur dari jalan cahaya"?
    Atau ini bukan dari jalan cahaya?

    Salam.

    BalasHapus